Cari Blog Ini

Kamis, 13 Januari 2011

Siapa sih yang diciptakan pertama kali, Adam atau hawa? Laki atau perempuan?



 Beberapa waktu yang lalu saya mendengar percakapan teman-teman jenius (TTJ) yang sedang berdiskusi perihal ayat pertama surah annisa di dalam Kitab suci kami, Alqur’an. Bunyinya seperti ini:..
Yang Artinya:  
1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.


Melihat dua indikasi yang ada, yaitu pemakaian huruf ta’ marbuthoh pada  ;oyÏnºur <§øÿ¯R dan dhomir Haa pada  $ygy_÷ry $pk÷]ÏB pada ayat tersebut, TTJ lantas bertanya-tanya, apakah benar bahwa yang diciptakan oleh Allah pertamakali adalah seorang perempuan?

Karena saya tidak sejenius mereka, maka tidaklah terlalu salah jika saya juga ikut bertanya-tanya, benarkah kedua indikasi tersebut mengharuskan timbulnya pertanyaan TTJ?

Hal ini sangat pantas untuk dibahas, mengingat Alquran adalah kitab suci agama saya dan mengingat pertanyaan-pertanyaan di atas mengusik kesucian pemahaman saya terhadap kitab suci tersebut. Tentu pembahasan di sini tidak sesempurna yang diinginkan[1], tapi semoga bermanfaat.

Saya ulangi, berkenaan dengan permasalahan ini, terdapat dua pertanyaan,
1. Benarkah dua indikasi di atas ditujukan pada manusia?
2. Benarkah kedua indikasi (huruf ta’ marbutoh dan dhomir Haa) di atas hanya dan hanya berfungsi menunjukkan sifat/jenis kelamin (betina/wanita/feminim) saja?

Dalam bahasa arab kata §øÿ¨Z9$# banyak artinya. Di antaranya jiwa, nafas, uap, perkataan, tegukan, segar, dan banyak lagi (lih. Kamus Al-munawwir). Tentu saja, salah satu artinya yang sesuai dengan proses penciptaan, tentu saja adalah jiwa. 
Menurut hasil pendataan saya terhadap penggunaan kata ߧøÿ¨Z9$# di dalam alquran, hampir seluruhnya berkenaan dengan term: Jiwa, bukan manusia. Kita ketahui, di dalam alqur’an bahwa term manusia diwakili oleh kata ¨$¨Y9$#. Selain itu, yang lebih penting, di dalam alqur’an, kata §øÿ¨Z9$# dihukumi sebagai mu’annats (lih. Contoh-contohnya dalam Alqur’an, 39:42, 91:7, 89:27, 81:14, 75:2, 39:70). Oleh karena itu, penggunaan kata  ;oyÏnºur setelah kata itu, tidaklah salah (jika tidak ingin dikatakan sangat tepat).

Apa artinya? Itu berarti bahwa kurang benar (atau sangat tidak tepat) jika kita memaksudkan kata  ;oyÏnºur sebagai indikasi jenis kelamin tertentu dari manusia. Selanjutnya, kata  $pk÷]ÏB berarti: dari jiwa itu, dan kata $ygy_÷ry berarti:  pasangan jiwa itu sebab kita tahu bahwa arti umum dari zaujun adalah pasangan (lih. Alqur’an surah 13 ayat ke-3).  Selesai.[2]
--------------------------------------------------------------

[1] Satu hal lagi yang perlu saya sampaikan, yaitu, penafsiran yang saya terapkan pada kata  ߧøÿ¨Z9$# itu benar-benar tidak sama dengan penafsiran yang ada (sejauh yang saya ketahui).

Menurut terjemahan alqur’an yang saya gunakan, jumhur ulama menafsirkan arti $pk÷]ÏB jauh dari pengertian yang saya maksudkan. Jumhur ulama’ mengartikan $pk÷]ÏB  sebagaimana berikut ini:
Maksud dari padanya ($pk÷]ÏB) menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.”  (sb: Software Alqur’an digital)

Namun, ketika saya cek dalam hadits yang serupa, kata tulang rusuk (adl dlil’un) adalah kata yang bersifat mudzakkar dan dhomir untuknya adalah hu, dan oleh karena itu tentu saja $pk÷]ÏB  tidak tepat digunakan untuk kata tersebut (sejauh yang saya tahu).

Sedangkan menurut penafsiran Imam ibnu katsir Radiyallaahu ‘anhu di dalam kitabnya tafsiir alqurran al ‘adhiim, arti dari ߧøÿ¨Z9$# adalah “diri” dan dengan berdasarkan hadits riwayat abi hatim sang Imam menunjukkan bahwa “diri” itu adalah Adam.

Tafsiran lain seperti tafsir fi zhilali qur’an dan tafsir ruhul bayan, juga sama tidak membahas sebagaimana pembahasan ini.


[2] Mungkin, walaupun sudah selesai dibahas, masih ada saja yang iseng dan akan timbul pertanyaan, kenapa Allah tidak menggunakan kata lain selain   ߧøÿ¨Z9$# dalam ayat tersebut?.
Wallaahu a’lam, itu hak preogratih Allah selaku pemilik kalamu itu. Tapi, menurut saya, paling tidak ada dua alasan:
  1. Rasionalitas bahasa. Seruan ayat tersebut: ¨$¨Z9$# $pkšr'¯»tƒ sudah jelas berarti: “Wahai semua manusia!”. Arti dari manusia sudah jelas, kita memiliki konsepsinya dan pesan ini berlaku bagi sesuatu yang konsepnya sama dengan konsep manusia tersebut. Namun, jika ayat berikutnya: “..kami telah menciptakan kalian dari manusia yang satu…. “, lalu, siapa yang menyerukan pesan ini kepada manusia yang satu ini? Di dalam ilmu algoritma komputer, kedua pernyataan ini tidaklah logis alias mbulet. Dapat menyebabkan error pada saat eksekusi program. Jadi, penggunaan term jiwa pada ayat itu lebih tepat secara rasional.
  2. Nilai sastra yang dijunjung tinggi oleh Al-qur’an. Dapatlah kita sedikit merujuk pada disertasi muhammad khalafullah mengenai kandungan sastra al-qur’an (meskipun berkesan agak kontroversil) dan kita akan melihat contoh-contoh penggunaan nilai-nilai sastra dalam ayat-ayat al-qur’an yang berhasil memukau berbagai pihak pada masa awal, tengah, dan modern peradaban islam). Quraish sihab juga menyinggung hal ini dalam bukunya mukjizat Alqur’an. Selain itu dapat juga kita melihat langsung pada surah-surah di dalam alqur-an yang benar-benar puitis dan mengagumkan. Atau, lihat saja ayat di atas, yang sedang kita bahas ini. Dapat kita saksikan, bahwa akhir dari baris-baris ayat itu hampir seluruhnya mengikuti pola aa sebagaimana syair-syair puitis pada umumnya dan sedikit saja berpola ii. Dalam ayat sependek itu, keberadaan dominasi, sehingga tentu saja secara linguistik memberi kesan yang menarik. Namun, jika kita ganti kata ߧøÿ¨Z9$# menjadi  â¨$¨Z9$# maka sebagian dhomir-dhomir mu’annats akan berubah menjadi mudzakkar sehingga pola akhirnya menjadi aa, juga berpola uu dan berpola ii.  Semakin banyak pola dalam ayat yang pendek maka dominasi tentu menjadi berkurang dan tentunya secara linguistik, dapat dikatakan kurang berkesan.






0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
ADIFAH 2220 © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute