Cari Blog Ini

Senin, 29 November 2010

Studi Prinsip Dasar Pembelajaran Bahasa Arab

A. Muqaddimah
Belajar Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (listening competence/mahaarah al – Istima’), kemampuan berbicara (speaking competence/mahaarah al-takallum), kemampuan membaca (reading competence/mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan menulis (writing competence/mahaarah al – Kitaabah).
 Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan minat serta ketekunannya Tujuan Pengajaran Belajar bahasa ibu (bahasa bawaan -edt) merupakan tujuan yang hidup, yaitu sebagai alat komunikasi untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dalam hidupnya, oleh karena itu motivasi untuk belajarnya sangat tinggi. Sementara itu belajar bahasa asing, seperti bahasa Arab (bagi non Arab), pada umunya mempunyai tujuan sebagai alat komunikasi dan ilmu pengetahuan (kebudayaan). Namun bahasa asing tidak dijadikan sebagai bahasa hidup sehari-hari, oleh karena itu motivasi belajar Bahasa Arab lebih rendah daripada bahasa ibu. Padahal besar kecilnya motivasi belajar Bahasa Arab mempengaruhi hasil yang akan dicapai.
 Kemampuan dasar yang dimiliki Ketika anak kecil belajar bahasa ibu, otaknya masih bersih dan belum mendapat pengaruh bahasa-bahasa lain, oleh karena itu ia cenderung dapat berhasil dengan cepat. Sementara ketika mempelajari Bahasa Arab, ia telah lebih dahulu menguasai bahasa ibunya, baik lisan, tulis, maupun bahasa berpikirnya. Oleh karena itu mempelajari bahasa Arab tentu lebih sulit dan berat, karena ia harus menyesuaikan sistem bahasa ibu kedalam sistem bahasa Arab, baik sistem bunyi, struktur kata, struktur kalimat maupun sistem bahasa berpikirnya
B. Prinsip-prinsip pengajaran Bahasa Arab (asing)
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip bertahap, prinsip penghayatan, serta korelasi dan isi;
1) Prinsip prioritas
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
a. Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis.
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami pada manusia2, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis. Ada beberapa teknik melatih pendengaran/telinga,yaitu:
 Guru bahasa asing (Arab) hendaknya mengucapkan kata-kata yang beragam, baik dalam bentuk huruf maupun dalam kata. Sementara peserta didik menirukannya di dalam hati secara kolektif.
 Guru bahasa asing kemudian melanjutkan materinya tentang bunyi huruf yang hampir sama sifatnya. Misalnya: ه – ح, ء – ع س– ش, ز – ذ , dan seterusnya3.
 Selanjutnya materi diteruskan dengan tata bunyi yang tidak terdapat di dalam bahasa ibu (dalam hal ini bahasa indonesia, -edt) peserta didik, seperti: خ, ذ, ث, ص, ض dan
seterusnya. Adapun dalam pengajaran pengucapan dan peniruan dapat menempuh langkah-langkah berikut4.
 Peserta didik dilatih untuk melafalkan huruf-huruf tunggal yang paling mudah dan tidak asing, kemudian dilatih dengan huruf-huruf dengan tanda panjang dan kemudian dilatih dengan lebih cepat dan seterusnya dilatih dengan melafalkan kata-kata dan kalimat dengan cepat. Misalnya : بى, ب, با, بو dan seterusnya.
 Mendorong peserta didik ketika proses pengajaran menyimak dan melafalkan huruf atau kata-kata untuk menirukan intonasi, cara berhenti, maupun panjang pendeknya.
b. Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan bahasa
Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang hendaknya di penggal – penggal). Contoh: اشتريت سيارة صغيرة بيضاء مستعملة مصنوعة في اليا بان Kemudian dipenggal – penggal menjadi : اشتريت سيارة اشتريت سيارة صغيرة اشتريت سيارة صغيرة بيضاء Dan seterusnya..
2) Prinsip korektisitas (الدقة) Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi الأصوات (fonetik), التراكب (sintaksis), dan المعانى (semiotic).
Maksud dari prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya bisa menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan pembetulan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut: Pertama, korektisitas dalam pengajaran (fonetik). Kedua, korektisitas dalam pengajaran (sintaksis). Ketiga, korektisitas dalam pengajaran (semiotic). a.Korektisitas dalam pengajaran fonetik Pengajaran aspek keterampilan ini melalui latihan pendengaran dan ucapan. Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu, maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-menerus dan fokus pada kesalahan peserta didik5. b.Korektisitas dalam pengajaran sintaksis Perlu diketahui bahwa struktur kalimat dalam bahasa satu dengan yang lainnya pada umumnya terdapat banyak perbedaan. Korektisitas ditekankan pada pengaruh struktur bahasa ibu terhadap Bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kalimat akan selalu diawali dengan kata benda (subyek), tetapi dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali dengan kata kerja ( فعل ). c.Korektisitas dalam pengajaran semiotik Dalam bahasa Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna ketika sudah dimasukan dalam satu kalimat. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua kata mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal dengan istilah mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti). Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan petunjuk.
3) Prinsip Berjenjang ( التدرج)
Jika dilihat dari sifatnya, ada 3 kategori prinsip berjenjang, yaitu: pertama, pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya. Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.
 Jenjang Pengajaran mufrodat Pengajaran kosa kata hendaknya mempertimbangkan dari aspek penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan memberikan materi kosa kata yang banyak digunakan dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberikan materi kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menyusun kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan berkembang kemampuannya.
 Jenjang Pengajaran Qowaid (Morfem) Dalam pengajaran Qowaid, baik Qowaid Nahwu maupun Qowaid Sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam percakapan/keseharian. Dalam pengajaran Qawaid Nahwu misalnya, harus diawali dengan materi tentang kalimat sempurna (Jumlah Mufiidah), namun rincian materi penyajian harus dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.
 Tahapan pengajaran makna ( دلالة المعانى) Dalam mengajarkan makna kalimat atau kata-kata, seorang guru bahasa Arab hendaknya memulainya dengan memilih kata-kata/kalimat yang paling banyak digunakan/ditemui dalam keseharian meraka. Selanjutnya makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti idiomatic. Dilihat dari teknik materi pengajaran bahasa Arab, tahapan-tahapannya dapat dibedakan sebagai berikut: pertama, pelatihan melalui pendengaran sebelum melalui penglihatan. Kedua, pelatihan lisan/pelafalan sebelum membaca. Ketiga, penugasan kolektif sebelum individu. Langkah-langkah aplikasi ( الصلابة والمتا نة) Ada delapan langkah yang diperlukan agar teknik diatas berhasil dan dapat terlaksana, yaitu:
 Memberikan contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik akan menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
 Jangan memberikan contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus terdiri dari beberapa contoh dengan perbedaan dan persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.
 Mulailah contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan kelas/media yang telah ada dan memungkinkan menggunakannya.
 Mulailah contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.
 Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata-kata yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
 Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan langsung ke dalam kalimat yang paling sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah: الكتاب في الصندوق, Contoh jumlah fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل
 Hendaknya tidak memberikan contoh-contoh yang membuat peserta didik harus meraba-raba karena tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.
 Peserta didik diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi melalui tulisan, lisan bahkan mungkin ekspresi wajah, agar meraka merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran yang berlangsung.
.

Definisi Sejarah

Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah).

Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.

Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu budaya (Humaniora). Akan tetapi, di saat sekarang ini, Sejarah lebih sering dikategorikan sebagai Ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis.

Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Sejarah dibagi ke dalam beberapa sub dan bagian khusus lainnya seperti kronologi, historiograf, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah disebut sejarawan.
Ilmu sejarah juga disebut sebagai Ilmu tarikh atau Ilmu babad.

Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis, seperti H. G. Wells, Will dan Ariel Durant, menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan ahli sejarah memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah informasi sejarah, misalnya:
Berdasarkan kurun waktu (kronologis)
Berdasarkan wilayah (geografis)
Berdasarkan negara (nasional)
Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis)
Berdasarkan topik/pokok bahasan (topikal)

Banyak orang yang mengkritik Ilmu Sejarah. Menurut mereka sejarah sering kali terlalu terpaku pada kejadian-kejadian politik, konflik bersenjata, dan orang-orang terkenal. Sejarah, menurut mereka, kurang memperhatikan perubahan penting dalam hal pemikiran manusia, teknologi, serta kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat — hal-hal yang sangat penting untuk diketahui pula. Akan tetapi, perkembangan Ilmu Sejarah sekarang ini semakin berusaha untuk memperbaikinya.

Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai “sejarah penceritaan”, atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah moderen, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periodeyang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan.
Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru tentang sejarah manusia. Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, karena penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah istilah baru, yaitu prasejarah, dikemukakan. Istilah “pra-sejarah” digunakan untuk mengelompokkan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis.

Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan pra-sejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dar sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli pra-sejarah seperti Vere Gordon Childe menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan bukan pra-sejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus.
Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan.

Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan pra-sejarah, ada bidang ilmu pengetahuan baru yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang sesuatu yang terjadi di masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh kebanyakan ahli sejarah.

Kata “sejarah” secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut تاريخ (tarikh). Kata “tarikh” dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah “waktu”.

Historiografi adalah adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa bias (pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di antaranya adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya: historiografi Marxisme.
Ada pula satu bentuk pengandaian sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal dengan sebutan “sejarah virtual” atau “sejarah kontra-faktual” (yaitu: cerita sejarah yang berlawanan — atau kontra — dengan fakta yang ada). Ada beberapa ahli sejarah yang menggunakan cara ini untuk mempelajari dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan yang ada apabila suatu kejadian tidak berlangsung atau malah sebaliknya berlangsung. Hal ini mirip dengan jenis cerita fiksi sejarah alternatif.

Ahli-ahli sejarah terkemuka yang membantu mengembangkan metode kajian sejarah antara lain: Leopold von Ranke, Lewis Bernstein Namier, Geoffrey Rudolf Elton, G. M. Trevelyan, dan A. J. P. Taylor. Pada tahun 1960an, para ahli sejarah mulai meninggalkan narasi sejarah yang bersifat epik nasionalistik, dan memilih menggunakan narasi kronologis yang lebih realistik.

Ahli sejarah dari Perancis memperkenalkan metode sejarah kuantitatif. Metode ini menggunakan sejumlah besar data dan informasi untuk menelusuri kehidupan orang-orang dalam sejarah.
Ahli sejarah dari Amerika, terutama mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi dan sipil, berusaha untuk lebih mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku, ras, serta kelompok sosial dan ekonomi dalam kajian sejarahnya.
Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History (terj: Pembelaan akan Sejarah), Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah moderen dari Univeritas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat.

Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.
Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya.”

Filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah: “Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya.” Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: “Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya.”
Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata “Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya.” Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: “Sejarah ditulis oleh sang pemenang.” Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah — dan pemelesetan fakta sejarah — sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.

Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan.
Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting. Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap kejadian bencana alam memang, dengan sendirinya, unik.

SEJARAH MENURUT BERBAGAI PENDAPAT

( TEKS ASLI DALAM BAHASA INGGRIS TERJEMAHAN DARI ‘GOOGLE TRANSLATE’ MOHON TIDAK DITELAN LANGSUNG )

Apa yang berikut adalah rangkaian Kutipan tentang sejarah dan sejarawan dari kerajinan. Mereka telah Culled dari berbagai sumber dan mereka muncul di urutan acak totally. Tujuan mereka adalah untuk menghangatkan, tenaga dan merangsang imajinasi Anda sejarah.

* * *

” ‘Sejarah’, Stephen mengatakan, ‘adalah mimpi yang saya mencoba untuk bangun.” James Joyce

“Sejak sejarah tidak memiliki nilai ilmiah sebagaimana mestinya, dengan tujuan yang hanya mendidik. Dan jika sejarahwan lalai untuk mendidik masyarakat, jika mereka gagal bunga itu cerdas di masa lalu, maka semua mereka belajar sejarah adalah harga kecuali di sepanjang educates itu sendiri . ” M. G. Trevelyan.

“Untuk setiap mata, mungkin, dengan garis besar yang besar peradaban hadir gambar yang berbeda. Di atas lautan luas yang kita usaha, kemungkinan cara dan arah yang banyak, dan studi yang sama yang telah dilayani untuk dapat bekerja dengan mudah, di lain tangan, tidak hanya menerima perlakuan berbeda seluruhnya dan aplikasi, namun pada dasarnya mengakibatkan kesimpulan yang berbeda. ” Jacob Burckhardt

“Sejarah adalah saksi yang testifies ke lewat waktu; illuminates kenyataan itu, vitalizes memori, memberikan panduan dalam kehidupan sehari-hari, dan kami membawa kabar dari jaman dahulu.” Cicero

“Masa lalu yang tidak berguna. Itu menjelaskan mengapa ia adalah masa lalu.” Wright Morris

“Kesetiaan kepada kebenaran sejarah melibatkan jauh lebih dari satu penelitian, namun sabar dan teliti, menjadi fakta-fakta khusus. Semacam rinci mungkin fakta yang paling kerapian menit, namun yang naratif, diambil secara keseluruhan, mungkin unmeaning atau tidak benar. rawi yang harus berusaha untuk mengilhami dirinya dengan jiwa dan semangat waktu. Dia harus belajar dalam acara mereka Bearings dekat dan jauh; dalam karakter, kebiasaan, dan kebiasaan orang-orang yang ikut ambil bagian dalam mereka. Dia harus menjadi dirinya sendiri, karena itu, seorang pengikut atau penonton dari tindakan dia menjelaskan. ” Francis Parkman

“Sejarah… Memang sedikit lebih dari register dari kejahatan, follies, misfortunes dan umat manusia.” Edward Gibbon

“Tidak benar ada sejarah; hanya biografi.” Ralph Waldo Emerson

“Kajian sejarah adalah obat terbaik untuk sakit pikiran, sebab dalam sejarah Anda mempunyai catatan yang tak terbatas dari berbagai pengalaman manusia jelas ditetapkan untuk semua untuk melihat dan merekam dalam bahwa Anda dapat menemukan sendiri dan kedua negara contoh dan peringatan; denda sesuatu untuk mengambil sebagai model, hal-hal dasar dan melalui melalui busuk, untuk menghindari. ” Livy

“Apakah pengalaman dan sejarah-mengajar ini adalah bahwa orang dan pemerintah tidak pernah belajar apapun dari sejarah, atau bertindak pada prinsip deduced from it.” G. W. F. Hegel

“Semuanya harus kembali dan dipindahkan dalam rangka sejarah umum, sehingga meskipun kesulitan, paradoxes dasar dan kontradiksi, kami akan menghormati kesatuan sejarah yang juga merupakan kesatuan hidup.” Fernand Braudel

“Fungsi mematikan sejarawan adalah baik untuk masa lalu dan tidak suka untuk membebaskan dirinya dari masa lalu, tapi untuk menguasai dan memahaminya sebagai kunci untuk memahami ini.” E. H. Carr

“Jika anda tidak suka masa lalu, mengubahnya.” William L. Burton

“Sejarah tidak berbuat sesuatu, tidak memiliki banyak harta, tidak ada perjuangan perkelahian. Ia bukan manusia, yang nyata, hidup manusia, yang semuanya, memiliki, perkelahian. Ini bukan Sejarah, seolah-olah dia adalah orang yang terpisah, yang menggunakan manusia sebagai alat untuk keluar dia tujuan, namun sejarah itu sendiri tidak lain hanyalah aktivitas manusia mengejar tujuan mereka. ” Karl Marx

“Seorang sejarawan harus menghasilkan dirinya kepada subjek, menjadi yg terbenam di tempat dan waktu itu pilihan, berdiri selain dari sekarang dan kemudian untuk melihat segar.” Samuel Eliot Morison

“Sejarah adalah untuk diri manusia pengetahuan. Mengetahui diri sendiri berarti mengetahui, pertama, apa itu menjadi orang; kedua, mengetahui apa yang akan jenis-jenis orang Anda, dan ketiga, mengetahui apa itu untuk menjadi orang Anda dan orang lain yang nobody. Mengetahui diri sendiri berarti mengetahui apa yang dapat Anda lakukan, dan sejak tak dapat mengetahui apa yang mereka lakukan sampai mereka mencoba, satu-satunya petunjuk untuk manusia dapat melakukan apa yang telah dilakukan manusia. Nilai sejarah, maka adalah mengajarkan kepada kita bahwa apa yang telah dilakukan manusia sehingga apa yang manusia itu. ” R. G. Collingwood

“Sejarah adalah lebih kurang lari.” Henry Ford

“Itu harus memberikan sejarahwan sendiri negara istirahat, saya memberi Anda, tetapi tidak untuk negara, sehingga hal-hal bertentangan dengan kenyataan. Untuk terdapat banyak kesalahan yang dibuat oleh penulis dari ketidaktahuan, dan setiap orang yang menemukan kesulitan untuk menghindari. Tetapi jika kita sadar apa yang salah tulis, baik untuk kepentingan negara kami atau teman kami atau hanya untuk menyenangkan, apa yang ada adalah perbedaan antara kami dan penulis hack? Pembaca harus sangat penuh perhatian dan kritis dari sejarawan, dan mereka pada gilirannya akan akan selalu menjaga mereka. ” Polybius

“Anda memiliki sejarah yang patut diperhitungkan untuk menilai masa lalu dan menginstruksikan kontemporer dunia untuk masa depan. Yang tidak hadir mencoba untuk menghasilkan yang tinggi kantor. Ini hanya akan kirim bagaimana ia benar-benar ada.” Leopold von Ranke

“Waktu sangat dalam dan terus-menerus sepanjang aliran membawa pada banjir semua drowns menciptakan sesuatu dan mereka di kedalaman dari ketidakjelasan…. Tetapi kisah sejarah yang sangat kuat bentuk sokongan terhadap aliran waktu, dan pemeriksaan di beberapa ukuran nya sangat mengalir, sehingga segala sesuatu dilakukan di dalamnya, sebanyak sejarah telah diambil alih secures dan ia bersama-sama mengikat, dan tidak memungkinkan mereka untuk bepergian ke dalam abyss dari pelupaan. ” Anna Comnena

“Hanya yang baik-untuk-tidak ada yang tidak tertarik pada masa lalu.” Sigmund Freud

“Setiap masa lalu senilai condemning.” Friedrich Nietzsche

“Para sejarawan tidak hanya tidak datang ke dalam kesenjangan yang mencukupi dari memori. Dia terus tantangan bahkan kenangan yang bertahan utuh.” Yosef Hayim Yerushalmi

“Setiap usia akan mencoba untuk membentuk konsepsi sendiri dari masa lalu. Setiap usia menulis sejarah dari masa lalu lagi dengan merujuk pada kondisi paling penting dalam waktu mereka sendiri.” Frederick Jackson Turner

Sejarah dan Model Pendidikan Pada Masya Nabi Na Khulafaur Rosidin

1. Pengertian Sejarah
Perkataan Sejarah (History) yang kita gunakan pada masa kini berpunca daripada perkataan Arab iaitu Syajaratun yang bermaksud Pohon. Dari sudut lain pula, istilah history merupakan terjemahan dari perkataan Yunani yakni Histories yang membawa makna satu penyelidikan ataupun pengkajian.
Menurut, Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu kitaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.
Menurut R. G. Collingwood, Sejarah ialah sejenis bentuk penyelidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. Manakala Shefer pula berpendapat bahawa Sejarah adalah peristiwa yang telah lepas dan benar-benar berlaku Sementara itu, Drs. Sidi Gazalba cuba menggambarkan sejarah sebagai masa lampau manusia dan persekitarannya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku.
2. Model pendidikan pada masa :
 Nabi Muhammad
 Shahabat Abu Bakar
 Shahabat Umar
 Shahabat Usman
 Shahabat Ali
Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam,oleh karena itu periodesasi sejarah pendidikan islam dapat dalam priode-priode sejarah islam itu sender.secara garis besar Harun Nasution membagi sejarah islam kedalam tiga priode,Yaitu : priode klsik.pertengahan,dan modern,Kemudian perinciannya dapat di bagi menjadi 5 masa,Yaitu :
A. Masa hidupnya nabi Muhammad SAW (571-632 M)
B. Masa kholifah yang empat (Khulafaur Rosyidin,Abu Bakar Uamar, Utsman,Ali :632-661 M)
 Pendidikan islam dalam priode klasik (650-1250 M)
1) Pendidikan islam dimasa Nabi Muahammad SAW (571-632 M)
Sejak nabi Muhammad SAW di angkat menjadi rosul sebagai tanda datangnya islam sampai sekarang telah berjalan selitar 14 abad lamanya. Harun Nasution membagi sejarah islam berjalan sekitar 14 abad lamanya dalam tiga priode.

a. Priode klasik antara tahun 650-1250 M
b. Priode pertengahan antara tahun 1250-1800 M.
c. Priode modern di mulai sejak tahun 1800 M.

Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang di mulai sejak priode klasik.
Pendidikan islam pada masa nabi Muhammad SAW merupakan prototip (Sifat atau model pertama) yang terus menerus di kembangkan ummat islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad SAW melakukan pendidikan islam setelah mendapatkan perintah (wahyu) dari Allah SWT sebagaimna termaktub di surat Al-Muddastir ayat 1-7, menyeru yang berarti mengajak, Dan mengajak berartu mendidik, Dan dari wahyu yang mula-mula tueun iutu dapat di ambil kesimpulan, Bahwa pendidikan dalam islam dapat di bagi menjadi empat macam :
a. Pendidikan keagamaan.
b. Pendidikan aqliyah dan ilmiyyah.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti.
d. Pendidikan jasmani.

Pada masa ini pendidikan islam di artikan pembudayaan ajaran islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran islam dan menjadikan sebagai unsure budaya bangsa arab dan menyatu kedalamnya, dengan pembudayaan ajaran islam kedalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab tersebut, Maka terbentuklah system budaya islam dalam lingkungan budaya bangsa arab.
 Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Risyidin (632-661 M)
Setelah Rosulullah wafat, peradaban islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan Negara dengan bijaksana dalam politik yang mengandung hikmah Berfikir, Berhak, Berprilaku yang berbau kelincahan dan kelicikan.
Setelah Rosulullah wafat pemerintahan islam di pegang secara bergantian oleh abu bakar, Ummar Bin khotob, Utsman bin Affan, Ali Bin Abi Tholib, Pada masa Abu Bakar, Padaal pemerintahan di guncang oleh para pemberontak dari orang murtad, Orang-orang yang mengaku Nabi. Dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat, oleh sebab itu Abu Bakar memusatkan perhatian untuk memerangi pemberontakan-pemberontakan tersebut yang mana dapat mempengaruhi orang-orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari islam.
Pada masa kholifah Ummar Bin Khottob, situasi politik dalam keadaan stabil dan untuk pendidikan, Ummar mengangkat guru-guru untuk brtugas memajukan isi Al-Qur’an dan ajran islam kepada penduduk yang baru masuk islam, Ummar juga memerintahkan panglima untuk membangun masjid –masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat belajar.
Pada masa ini sudah terdapat pengajaran bhs arab dengan itu orang-orang yang baru masuk islam dari daerah atau wilayah yang lainya harus belajar Bahasa Arab, Jika mereka ingin belajar dan mendalami pelajaran islam.
Pada masa kholifah Utsman Bin Affan kedudukan peradaban islam dan pendidikan islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. para shabat di perbolehkan meninggalkan madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang di miliki. Proses pendidikan islam pada masa ini sebagian besar memang di warnai oleh pengajaran/pembudayan dan sunnah ke dalam lingkungan budaya bangsa –bangsa secara luas pula. Begitu pula dalam pendidikan islam tidak jauh berbeda di masa nabi Muhammad yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajran-ajaran islam oleh perhatian ummat islam terhadap perluasan wilayah islam dan terjadi pergelokan politik, Khususnya di masa Ali bin abi Tholib.

Minggu, 28 November 2010

KEADILAN SAHABAT MENURUT AL-QURAN DAN AS-SUNNAH

KEADILAN SAHABAT MENURUT AL-QURAN DAN AS-SUNNAH


Takrif sahabat

Al-Imam al-Bukhari ada menyatakan: sesiapa yang bersahabat dengan nabi atau melihat Baginda dari kalangan orang Islam, dia adalah dari kalangan sahabat baginda. 1
Al-Imam Ahmad menyatakan: setiap orang yang bersahabat dengan Rasulullah s.a.w. setahun, sebulan, satu hari atau satu saat, atau dia melihat baginda maka orang itu adalah dari sahabat baginda.2
Al-Hafiz Ibn Hajar ada menyatakan: takrif yang paling sahih bagi sahabat ialah: orang yang bertemu dengan Nabi s.a.w ., beriman kepadanya dan mati di dalam Islam. 3
Dari takrif di atas dapat diketahui bahawa sahabat ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah sekalipun sekejap dan beriman dengannya samada meriwayatkan hadisnya daripada Baginda atau tidak, orang itu pula mati di dalam Islam.

Ayat-Ayat Al-Quran Berkaitan Keadilan Sahabat

Terdapat banyak ayat Al-Quran yang menyatakan tentang keadilan sahabat, antara lain:

Firman Allah s.w.t.:
“Kamu adalah sebaik-baik orang yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh dengan makruf dan menegah kemungkaran dan beriman kepada Allah” 4
Perkataan kamu di dalam nas di atas sekalipun di tujukan kepada umat Nabi Muhammad s.a.w. maka yang lebih utama adalah kepada para sahabat, kerana khitab di dalam nas tersebut adalah kepada mereka sebelum merangkumi orang lain.

Firman Allah s.w.t. :
"Demikianlah kami jadikan kamu umat yang pertengahan iaitu umat yang adil supaya kamu menjadi saksi kepada manusia dan Rasul menjadi saksi kepada kamu". 5

Di dalam ayat di atas Allah telah menjadikan kamu sebagai satu umat yang dilantik menjadi saksi. Umat yang menjadi saksi adalah merupakan umat yang adil, maksud kamu di dalam ayat di atas sekalipun termasuk seluruh umat Nabi Muhammad s.a.w. tetapi yang lebih utamanya adalah para sahabat kerana 'khitab' di dalam ayat di atas sebelum ditujukan kepada orang lain ia adalah di tujukan kepada orang yang berada sewaktu ayat itu di turunkan, mereka itu adalah para sahabat. Firman Allah s.w.t. :

"Orang-orang Muhajirin dan Ansar yang awal dan orang-orang yang mengikut mereka dengan sebaik-baiknya, Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah.” 6

Mereka yang awal memeluk Islam dan mengikut Rasulullah dari kalangan Muhajirin dan Ansar tidak lain dari para sahabat. bahkan mereka ini adalah dari sahabat-sahabat agung. Orang yang mengikut jejak langkah mereka dengan berbuat ihsan pula adalah terdiri dari sahabat-sahabat lain dan juga sesiapa sahaja dari kalangan orang-orang mukmin yagn patuh kepada Allah dengan melakukan kebaikan.

Di dalam ayat ini Allah telah menyatakan bahawa Dia redha kepada sahabat-sahabat agung Rasulullah s.a.w. juga kepada orang yang mengikuti jejak langkah mereka dengan sebaik-baiknya. Ini termasuk sahabat-sahabatlain,juga orang mukmin lain yang mengikut jejak langkah mereka dengan sebaik-baiknya.

Firman Allah s.w.t. :
"Orang yang bersegera melakukan kebaikan (dengan sendirinya termasuk orang-orang yang bersegera memeluk Islam, iaitu para sahabat agung Rasulullah s.a.w.)" 7

Firman Allah s.w.t. :
"Sesungguhnya Allah redha kepada orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah satu pohon, Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, Allah menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)".8

Orang-orang mukrnin yang melakukan perjanjian setia kepada Rasulullah s.a.w. adalah para sahabat, dengan itu ayat di atas adalah jelas Allah memuji para sahabat yang melakukan perjanjian setia dengan Rasulullah. Allah telah menjelaskan bahawa Allah telah redha kepada mereka.

Firman Allah s.w.t :
"Wahai Nabi cukuplah bagimu Allah dan orang-orang mukmin yang mengikut engkau." 9

Orang mukmin yang mengikut Rasulullah ketika ayat itu di turunkan adalah para sahabat. Para sahabat adalah merupakan orang yang membantu dan menolong Rasulullah. Di dalam ayat ini Allah memuji sahabat-sahabat Rasulullah yang telah memberi pertolongan kepada Baginda.

Firman Allah s.w.t:
“Bagi orang fakir Muhajirin yang telah diusir dari kampung halaman dan harta mereka, mereka memohon kelebihan dan keredhaan dari Allah, mereka menolong Allah dan Rasulnya, mereka itulah sebenar-benarnya orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati di negeri Madinah dan beriman sebelum mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada orang-orang Muhajilin. Mereka mengutamakan orang- orang Muhajirin dari atas diri mereka, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang memelihara dirinya dari kekikiran maka mereka itulah orang yang beruntung."

Di dalam ayat ini Allah s.w.t. telah memberi pujian yang tinggi kepada orang-orang Muhajirin yang sanggup menjadi fakir kerana mereka diusir dari kampong halaman dan daripada memiliki harta mereka. Mereka hanya semata-mata menuntut kelebihan dan keredhaaan dari Allah s.w.t. Di dalam ayat di atas juga Allah memberi puiian kepada orang-orang Ansar yang cinta kepada orang Muhajirin. Mereka tidak ada sebarang irihati terhadap apa yang telah diperolehi oleh orang-orang Muhajirin. Mereka pula lebih mengutamakan orang Muhajirin dari diri mereka sendin. Pujian Allah kepada Muhajirin dan Ansar di atas tadi adalah menunjukkan kepada keadilan mereka.

Ini merupakan sebahagian dari ayat-ayat Al-Quran yang memuji sahabat Rasulullah s.a.w. yang sekaligus menunjukkan keadilan mereka.

Keadilan sahabat melalui Hadis pula, boleh kita lihat melalui beberapa nas, di antaranya:

Sabda Rasulullah s.a. w. :

"Jangan kamu memaki sahabatku, jangan kamu memaki sahabatku, demi Allah yang diriku di dalam kekuasaannya, jika salah seorang dari kamu membelanjakan emas (pada jalan Allah) seperti Gunung Uhud banyaknya, tidak sama satu 'mud'(cupak) yang dibelanjakan oleh mereka dan tidak sama setengah 'mud' pun yang dibelanjakan oleh mereka." 11

Sabdanya lagi:
"Sebaik-baik umatku ialah yang berada pada kurunku, kemudian yang selepas mereka, kemudian yang selepas mereka. Kemudian selepas kamu terdapat satu kaum yang menjadi saksi sedangkan mereka tidak diminta menjadi saksi, mereka khianat dan tidak beramanah, mereka bernazar tetapi tidak menunaikan dan ternyata kepada mereka mendakwa suatu yang tidak ada pada mereka". 12

Dari dua hadis di atas ternyata kedudukan dan martabat para sahabat yang begitu tinggi, di samping itu Hadis-hadis yang menunjukkan kepada ketinggian martabat seorang sahabat dan keadilan mereka seperti Hadis yang menunjukkan kelebihan Saidina Abu Bakar, Saidina Umar, Saidina Osman, Saidina Ali, Saidatina Khadijah, Saidatina Fatimah, Saidatina Aisyah dan lain-lain sahabat adalah amat banyak.

Berpandukan kepada ayat-ayat Quran dan Hadis di atas maka para ulamak berpendapat bahawa sahabat-sahabat itu adalah adil, dan periwayatan mereka diterima.

Berkaitan dengan keadilan sahabat ini seorang tokoh termuka di dalam bidang Hadis iatu Abu Zar’ah berkata:
“Jika sekiranya kamu melihat seseorang mencaci salah seorang dari sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w., ketahuilah bahawa ia adalah seorang Zindiq, kerana bagi diri Rasul s.a.w. itu adalah haq(benar) dan al- Quran adalah haq(benar). Sesungguhnya sahabat- sahabat Rasulullah s.a.w. menyampaikan al-Qur’an dan al-Sunnah kepada kita. Sesungguhnya mereka (yang mencaci sahabat) ingin mencacatkan penyaksian kita dan membatalkan al-Qur’an- dan al-Sunnah. Mencacatkan mereka itu adalah lebih utama kerana mereka adalah zindiq.” 13


Jawapan Kepada Hadis-hadis Yang Pada Zahirnya Menjatuhkan Keadilan:

Terdapat beberapa hadis sahih yang jika tidak difahami dengan sebenarnya menurut al-Quran dan as-Sunnah boleh dijadikan hujjah bahawa sahabat itu tidak adil, di antaranya:

"Sesungguhnya datang beberapa orang sahabatku ketelaga Kauthar. Setelah aku mengenali mereka, mereka di tarik dariku lalu aku berkata, sahabatku ! Yang menarik itu pun menjawab, Engkau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan selepasmu" 14

Sabda Rasulullah: 15

Maksudnya: “Beberapa orang sahabatku datang kepada aku lalu mereka ditarik dari menghampiri telaga. Maka aku pun berkata: Wahai tuhanku ia sahabatku ! Tuhanku rnenjawab: Engkau tidak mengetahui apa yang telah mereka lakukan selepas ketiadaanmu. Mereka kembali murtad." 15

Persoalannya siapakah yang dimaksudkan dengan "Ashabi" atau dalam riwayat lain "Asihabi" itu mereka ini ialah orang-orang munafik dan orang-orang murtad. Adalah harus orang-orang munafik di lihat oleh Rasulullah s.a. w. di akhirat kerana "Ghurrah" dan "Tahjil" dari kesan wudhu mereka, maka Nabi pun memanggil mereka. Kemudian diberitahu kepada Nabi bahawa mereka ini bukan dari golongan orang yang engkau janjikan, kerana mereka tidak mati dalam Islam. Atau mereka yang dilihat oleh Rasulullah di dalam masa hayat baginda kemudian mereka ini murtad selepas baginda.

Selain dari hadis di atas ada hadis berbunyi:
“Siapa yang aku maula maka Ali adalah ‘maulanya”.

Hadis ini dianggap oleh kaum Syiah sebagai wasiat dan dijadikan sebagai hujjah bahawa para sahabat telah mengingkari wasiat Rasulullah s.a.w. ini bahawa Saidina Ali adalah khalifah selepas Baginda. Oleh sebab itu mereka menolak wasiat Rasulullah ini, keadilan mereka (sahabat-sahabat) gugur, mereka ini Saidina Abu Bakar, Umar, Othman dan lain-lain. 16

Bagi menjawab dakwaan ini kita mestilah memahami sebenar makna perkataan 'maula' di dalam bahasa Arab.
Di dalam Mukhtar As-Sihah, Lisan al-Arab, dan An-Nihayah fi Garib al-Hadith wa al-Athar perkataan maula itu merangkumi makna yang banyak, diantaranya:



Dari apa yang dipaparkan di atas ternyata perkataan 'maula' itu mengandungi makna yang amat banyak iaitu, berbelas-belas maknanya. Oleh itu hadis ini tidak boleh dijadikan dalil yang jelas bahawa Rasulullah s.a.w. telah mengangkat Saidina Ali r.a. sebagai khalifah setelah wafat Baginda. Jika hadis ini dijadikan hujjah, maka orang lain juga boleh berhujjah bahawa perbuatan Raulullah s.a.w. menyuruh Saidina Abu Bakar sebagai ganti di dalam sembahyang berjamaah sewaktu Baginda sakit kuat yang membawa kepada wafat Baginda sebagai dalil bahawa khalifah setelah wafat Baginda adalah Abu Bakar r.a. bukan orang lain, apatah lagi apabila diminta supaya Umar menggantikannya Baginda tidak setuju.

Keadilan Sahabat Menurut Syiah

Syiah tidak menganggap semua sahabat itu adil bahkan kebanyakan mereka adalah tidak adil. Kata Nasruddin At- Tusi:
"Mereka yang memerangi Saidina Ali adalah kafir dan mereka yang menentangnya adalah fasik." 19
Menurut al-'Allamah al-Hilli pula:
"Orang yang memerangi Ali adalah kafir kerana sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud:
"Orang yang memerangi engkau bererti memerangi aku, tldak shak lagi orang yang memerangi Nabi s.a.w. adalah kafir, adapun orang yang menentangnya maka ulamak-ulamak kita berbeza pendapat. Ada yang menghukumkan mereka kafi rkerana mereka menolak suatu yang pasti di sisi agama iaitu nas yang jelas dan mutawatir tentang keimanan Saidina Ali, dan ada pula yang mengatakan mereka adalah fasik."20

Menurut al-‘Allamah al-Hilli lagi: “Saidina Ali r.a. merasa dizalimi oleh sahabat-sahabat itu, kerana yang berhak menjadi khalifah adalah dia tetapi mereka menghalanginya".21
Menurutnya lagi: “Orang-orang Arab dan Quraish iaitu para sahabat telah menzalimi Saidina Ali".22
Ibn Abi al-Hadid meriwavatkan di dalam Sharah Nahjul Balaghah. “Seseorang berkata kepada Saidina Ali apa pendapat engkau sekiranya Rasulullah ada seorang anak lelaki dan ia seorang yang berakal dan baligh, adakah orang-orang Arab akan menyerahkan jawatan khalifah itu kepadanya” Jawabnya: “Tidak, bahkan mereka akan membunuhnya jika dia tidak mengikut kehendak mereka”. 23

Dari keterangan di atas ternyata bahawa menurut Syiah ramai dari kalangan para sahabat termasuk sahabat-sahabat agong, seperti Saidina Abu Bakar, Umar, Othman dan lain-lain adalah tidak adil bahkan menurut Syiah sahabat-sahabat tersebut dihukumkan samada kafir atau fasik. Oleh kerana itu ulamak-ulamak hadis Syiah tidak meriwayatkan hadis-hadis dari mereka !
ayatkan hadis-hadis dari mereka!

As-Sheikh Mohamad Baqir al-Majlisi di dalam kitabnya:
“Bihar al-Anwar al-Jamiah Lidurar Akhbar Aimmah al-Athar” ada meriwayatkan beberapa hadis yang diakui oleh Syiah mengenai kelebihan para sahabat r.a.

Diantara kelebihan para sahabat yang tercatat di dalam kitab itu ialah sabda Rasulullah s.a.w. : 24
“Beruntunglah orang yang melihatku atau orang yang melihat orang yang melihatku, atau melihat orang yang melihat orang yang melihatku".


Sabda Rasulullah s.a.w. : 25

Daripada Amirul Mukminin a.s. katanya:
"Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda":
"Aku adalah amanah bagi sahabatku apabila aku meninggal dunia hampirkan kepada sahabatku apa yang dijanjikan untuk mereka, sahabat-sahabatku adalah amanah bagi umatku. Apabila sahabat- sahabatku meninggal dunia hampirlah kepada umatku apa yang dijanjikan untuk mereka. Agama ini akan terus muncul mengatasi semua agama lain selama terdapat di kalangan kamu orang yang melihatku".

Sabda Rasulullah s.a.w. :
"Beruntunglah bagi sesiapa yang melihatku dan beriman denganku, dan beruntunglah siapa yang tidak melihatku tetapi ia beriman denganku". Diulangnya sebanyak 7 kali."

Kerana tidak mahu berpegang dengan zahir hadith tersebut maka pengarang berkata:

"Sebagaimana diketahui bahawa kelebihan yang tersebut di atas tadi adalah bagi orang yang beriman dari kalangan mereka, bukan orang yang munafik seperti orang-orang yang merampas khilafah daripada Sayyidina Ali, juga sekutu-sekutu mereka dan pengikut-pengikut mereka. Kelebihan ini juga didapati oleh para sahabat yang terus beriman dan penglkut para imam-imam yang Rashidin dan tidak didapati oleh mereka yang memungkiri janji serta murtad dari agama Islam".

Persoalannya ialah bagaimanakah sahabat-sahabat besar seperti Saidina Abu Bakar dikatakan merampas jawatan khalifah dari Saidina Ali yang membawa beliau termasuk di dalam golongan orang-orang fasik, munafik, atau kafir ? Jika demikian mengapa Rasulullah menyuruh beliau menggantikan Baginda menjadi imam di dalam sembahyang sewaktu Baginda sakit kuat yang membawa kepada wafat Baginda. Adakah Baginda melantik orang kafir, munafik atau fasik menjadi imam ? Dimanakah ‘kemaksuman’ Rasulullah ?

Kesimpulan

Berasaskan kepada al-Quran, dan Hadis maka menurut ahli Sunnah semua para sahabat itu adalah adil, tetapi menurut Syiah tidak semua para sahabat itu adil termasuklah sahabat-sahabat yang agong seperti Sayyidina Abu Bakar, Umar, Othman dan lain-lain r.a. Oleh itu Syiah telah tidak meriwayatkan hadis dari mereka. Akibatnya kesahihan buku hadis al-Bukhari dipersoalkan dan lebih daripada itu kesahihan al-Quran akan tergugat!

NOTA KAKI:

1. Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, di dalam Fath Al-Bari, Mesir al-Muktabah As-Salafiah. Jld. 7, hlm. 3 (Kitab Fadhail Ashab an-Nabi s.a.w.)
2. Al-Khatib al-Baghdadi, Ahmad bin Ali, Kitab al-Kifayat Fi ‘ilm al-Riwayah Muraja'ah Abdul Halim Mohd Abdul Halim, Kaherah, Matba’ah as-Sa'adah, Edisi pertama. hlm.99.
3. Ibn Hajar, Ahmad ibn Ali, al-Isabah, Maktab al-Kulliyyat Azhariyyah, Mesir, Edisi pertama, Jilid 1, hlm. 7
4. Ali 'Imran: 110.
5. Al-Baqarah : 143.
6. Al- Taubah: 100.
7. Al-Waqi 'ah: 10 dan 11
8. Al-Fath. 18
9. Al-Anfal: 64
10. Al-Hasyr: 8.
11. Muslim, Sahih Muslim tahqiq Mohamad Fuad Abdul Baqi, Mesir, ‘Isa al-Babi, 1955, hlm 1967.
12. Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari dalam Fath al-Bari, Jld. 7, hlm. 3. Muslim, Sahih Muslim, Jld. 4, 1967.
13. Ibn al-Arabi, Al-‘A'wasim Min al-Qawasim. Tahqiq Muhibuddin al-Khatib, Matba'ah as-Salafiah, al-Raudhah,al- Qahirah,1396, hlm.34.
14. Al-Bukhari, Sahih Bukhari, Lihat Fath al-Bari, Juz 11, hlm. 464.
15. Ibid.
16. Al-Hakim,Al-Mustadrak ‘Ala as-Shahihain wa Bazilah al-Talkhis, al-Matbu'at al-Islami, Beirut, Jld, 4, hlm. 368, Ahmad ibn Hanbal, Jld. 4 hlm. 368.
17. Ar-Razi Mohd Ibn Abi Bakar, Mukhtar as-Sihah, Al-Haiah a1- Misriyyah al-'Ammah Lil Kitab Mesir, hlm. 736.
18. Ibn al-Athir, An-Nihayah Fi Garib al-Hadith wa al-Athar, al-Maktabah al-Islamiyyah, Jld. 5, hIm. 228.
19. As Sayyid Ali Khan as-Syirazi, al-Darajat al-Rafi'ah Fi Tabaqat as-Syi'ah, Beirut, 1973 hlm. 33.
20. Ibid, hlm. 34.
21. Ibid, hlm 35.
22. Ibid.
23. Ibid.
24. Mohd Baqir al-Majlisi, "Bihar al-Anwar" Muassasah al- wafa', Beirut, 1983, Jld. 22 hlm. 313
25. Ibid, hlm. 310.
26.

Diberdayakan oleh Blogger.
ADIFAH 2220 © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute