Cari Blog Ini

Jumat, 03 Desember 2010

TASAWUF


Salah satu sendi pokok dalam Islam selain ilmu tauhid dan fiqih adalah tasawuf yang merupakan intisari dari syariat yang menjadi sendi utama dalam ajaran yang telah disampaikan oleh rasulullah SAW.
Tasawuf dilihat dari katanya merupakan masdar(kata jadi) dari fi’ilnya: “tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan”. Kata “tashawwafa-yatashawwafu” adalah fi’il madzi biharfaini(kata kerja tambahan dua huruf) yaitu: ta’ dan tasydid yang sebenarnya berasal dari kata kerja asli tiga huruf yang berbunyi: “shaafa-yashuufu” menjadi  “shaufan”(mashdar) yang artinya: mempunyai bulu yang banyak. Perubahan dari kata “shaufa-yashuufu-shaufan” menjadi “tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan” dalam istilah kaidah bahasa arab memiliki arti menjadi atau berpindah.
Beberapa definisi tentang tasawuf,diantaranya:
a.         Abu Bakar al-Katany mengatakan bahwa titik awal amalan tasawuf adalah akhlak, dengan demikian seseorang yang hendak mengamalkan tasawuf harus memperbaiki akhlaknya terlebih dahulu.
b.    Imam Junaid al-Baghdadi[1], membagi definisi tasawuf ke dalam 4 bagian,yaitu:
1.      Mengenal Allah, sehingga hubungan antara kita dengan-Nya tiada perantara.
2.      Melakukan semua akhlak yang baik menurut sunah rasul dan meninggalkan akhlak yang buruk.
3.      Melepaskan hawa nafsu menurut kehendak Allah
4.      Merasa tiada memiliki apapun, juga tidak di miliki oleh sesiapa pun kecuali Allah SWT.
c.         As-Suhrawardi mengemukakan pendapat Ma’ruf al-Kharkhy[2] yang menyatakan bahwa tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk (kesenangan duniawi).
d.        Asy-Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi menyatakan bahwa tasawuf adalah suatu ilmu yang dapat mengetahui hal ihwal kebaikan dan keburukan, cara membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, melangkah menuju keridloan Ilahy dengan melaksanakan segala perintah, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dari definisi diatas, dapat di kemukakan bahwa tasawuf adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara yang telah dirintis oleh ulama sufi, yang sering disebut dengan istilah suluk untuk mencapai suatu tujuan yaitu ma’rifat kepada segala sesuatu atas ciptaan Allah, untuk menggapai keridloan-Nya sebagai bagian menuju kebahagiaan di akhirat.
Cara pendekatan yang harus dilakukan adalah dengan mengenal asma Allah sepenuh keyakinan sehingga menyadari sifat dan af’aal Allah di dalam semesta ini. Salah satu manfaatnya adalah untuk mendidik hati kita sehingga mengenal zat Allah, semakin lapang dada, kejernihan hati dan memiliki budi pekerti yang luhur. [3]
Dalam ilmu Tasawuf dikenal dengan macam-macam sifat terpuji dan tercela[4], yang pembagiannya terdiri dari:
a. Sifat Terpuji
1.      Zuhud
2.      Qana’ah
3.      Sabar
4.      Tawakkal
5.      Mujahadah
6.      Ridlo
7.      Syukur
8.      Ikhlas
b. Sifat Tercela
1.      Hub al-Dunia (Cinta yang berlebihan kepada Dunia)
2.      Tamak
3.      Itba’ al-Hawa (Mengikuti Hawa Nafsu)
4.      ‘Ujub
5.      Riya
6.      Takabbur
7.      Hasud
8.      Sum’ah
ZUHUD
Zuhud secara bahasa adalah bertapa di dunia, adapun secara istilah yaitu: Bersedia untuk melakukan ibadah, dengan berupaya semaksimal mungkin menjauhi urusan duniawi, dan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT. Sebagaimana yang di ungkapkan ulama:

مَا قَلَّ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبِ زَاهِدٍ

“Ma Qalla amalun baraza Min qalbin Zaahidin”
(tidak ada amalan kecil yang lebih mulya dari dalam hati seorang yang menjauhi dunia, melainkan berbuat zuhud).
Zuhud dalam aplikasi kehidupannya, mampu melahirkan satu maqam dan cara hidup yang oleh para ahli tasawuf dikatakan sebagai sesuatu yang telah dicapai setelah maqam taubah.
Itu karena, seseorang yang benar-benar zuhud sudah meninggalkan symbol-symbol duniawi setelah benar-benar dia melakukan taubah al-nasuuha, dengan satu pandangan bahwa hidup di dunia tak lebih daripada sebatas permainan dan canda gurau. Seperti dalam al-quran disebutkan:

إِعْلَمُوْا أَنَّمَا الْحَيوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ……

[I'lamu annamalhayah al-Dunya La'ibun Wa Lahwun: Al-Haddid:20].
Konsep ini sejajar dengan:

اَلدُّنْياَ مَزْرَعَةُ اْلاَخِرَةِ

“al-dunya mazra’atun al-aakhirah”:
Dunia sebagai ladang(bekal) di akhirat kelak, difahami bahwa tidak ada keindahan dan ketenangan hakiki melainkan merasa indah dan tenang dengan kenikmatan hidup dalam keadaan iman dan Islam dengan zuhud sebagai pegangan. Orang-orang ini, niscaya dalam hidupnya akan semakin dekat dengan khalik sang pencipta, sebagaimana hadist rasul SAW:

مَنِ ازْ دَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ زُهْدًا     لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ اِلاَّ بُعْدًا

“Manizdaada ‘ilman, walam yazdad zuhdan, Lam Yazdad Min Allah illaa Bu’dan”
(Barangsiapa yang di anugerahi ilmu oleh Allah, akan tetapi tidak semakin bertambah  ke-zuhud-annya, maka sejatinya orang yang seperti ini bukan bertambah melainkan semakin jauh dari jalan tuhan-Nya).
Seseorang yang secara lahir sukses dalam mempertahankan gelar akademiknya, cemerlang dalam setiap usahanya, dan bertambah keilmuan apabila melihat jam tayangnya(baca: sebagai penceramah;da’i), akan tetapi selalu melakukan perbuatan yang melanggar syari’at, tidak ada keinginan untuk mengurangi perbuatan buruk dan segera memohon taubat kepada-Nya, maka yang demikian ini bukan dekat dengan Tuhannya melainkan semakin jauh dari jalan hidayah Allah SWT.
Orang-orang zuhud selalu berusaha untuk menjauhi perbuatan dan majlis-majlis yang penuh dengan kemungkaran, dan selalu berusaha melakukan amaliyah yang hanya diredhoi Allah SWT, seperti yang dijelaskan oleh ulama:

مَنْ عَمِلَ اْلاَخِرَةَ كَفَاهُ اللهُ أَمْرَ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ

“Man ‘Amila al-Aakhirat Kafahu Allah amra Diinihi Wa Dunyahu”.
Artinya: “Barangsiapa yang melakukan amal perbuatan soleh(bermanfaat untuk akhirat), Maka akan Allah cukupkan segala urusan agama dan dunia-nya”.
Golongan ini, selalu berusaha dalam melaksanakan segala kewajibannya dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih, karena segala kenikmatan yang ada di dunia ini, besok akan di mintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat,
Sebagaimana dalam surah At-takasur ayat 8 dinyatakan:

ثُمَّ لَتُسْئَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
Dalam surah lain,an-Naziat ayat 37-39 di jelaskan:

فَأَمَّا مَنْ طَغىَ , وَءَاثَرَ الحْيَوَةَ الدُّنْيَا , فَإِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَى

Adapun orang yang melampaui batas,Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dalam redaksi yang berbeda juga disebutkan:

مَنْ أَرَادَ اَنْ يَشْرِفَ فِى الدُّنْياَ وَاْلاَخِرَةِ     فَلْيَخْتَرِ اْلاَخِرَةَ عَلىَ الدُّنْيَا اَلْفِتْنَةَ

“Man arada an yasyrifa fi al-dunya wa al-akhirah falyakhtar al-akhirah ‘ala al-dunya[al-fitnah]“.
Artinya:
“Barangsiapa yang menghendaki kemulyaan di dunia serta kebahagiaan di akhirat, maka mereka akan memilih kemulyaan akhirat dan menjauhi dari kenikmatan sesaat di dunia dengan segala bentuk kemaksiatan, kejahatan dan fitnah yang merajalela”.
Hal ini, seandainya mereka diberi kebahagiaan sebagai orang-orang diberi kelebihan rezeki waktu di dunia, maka dengan segera akan menginfaqkan, bersedekah dengan tujuan untuk menggapai ketaatan kepada-Nya, untuk menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan bujukan iblis dan bala tentaranya, secara rinci dijelaskan oleh ulama:

إِنَّ الزُّهْدَ لَيْسَ عِبَارَةُ عَنْ أَخْلاَءِ الْيَدِ عَنِ الْمَالِ     بَلْ هُوَ أَخْلاَءُ الْقَلْبِ عَنِ التَّعَلُّقِ بِهِ

“Inna az-zuhda laisa ibaaratun ‘an akhlai al-yadi ‘an al-maal, bal huwa akhlaul qalbi ‘an ta’alluqi bihi”,
Artinya:
“Yang di namakan zuhud itu bukan ibarat orang yang menyembunyikan tangannya dari harta benda(uang, jabatan,wanita), akan tetapi zuhud yaitu menyembunyikan dari perkara yang dapat mengakibatkan kemadharatan atas segala tipu daya dunia yang fana, orang zuhud dalam hatinya terbebas dari sesuatu yang bersifat unsur duniawi, hatinya selalu condong kepada dzat Allah, melaksanakan ketaatan dan dunia hanya dijadikan sebagai perantara untuk menggapai ridho-Nya.
Dalam surah Taha ayat 131 dijelaskan:

وَلاَ تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلىَ مَامَتَّعْنَابِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَوةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّأَبْقَى

131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
Pengertian zuhud secara lebih luas, sebenarnya bukan meninggalkan kehidupan dunia secara keseluruhan, melainkan tetap mencari penghidupan duniawi, akan tetapi hanya sebatas untuk memenuhi keperluan hidup ala kadarnya, mereka bekerja dengan niat untuk menafkahi keluarga, yang merupakan kewajiban seorang suami atas anak dan istrinya, dan itu semua hanya untuk mencari ridlo-Nya, agar kelak besok lepas dari pertanggung jawaban di akhirat. Hal ini dijelaskan dalam surah al-Qashash ayat 77:

وَابْتَغِ فِيْمَا ءَاتَكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِى اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Selain itu juga dijelaskan dalam hadits:

إِعْمَلْ لِدُنْياَكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا     وَاعْمَلْ لِأَخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

“I’mal lidunyaaka kaannaka ta’isyu Abadan, Wa’mal liaakhiratika kaannka tamutu ghadan”.
Artinya:
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk persediaan akhiratmu, seakan-akan engkau mati besok”.
Dalam tasawuf, seorang hamba yang lagi menjalankn perintah harus selalu merasa bahwa dirinya sedang benar-benar berdiskusi kepada Allah, kalau tidak boleh menghadirkan hati maka seyogyanya dalam hatinya sadar bahwa segala apapun aktivitasnya sedang dalam pantauan yang MahaKuasa, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Sayyidina Umar, beliau mendengar rasulullah SAW bersabda:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ     وَإِنْ لَّمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“An ta’budallah kaannaka tarahu, waillam takun tarahu fainnahu yaraka”
Artinya:
“Ketika menyembah kepada-Nya seakan-akan kita melihat-Nya, kalau tidak mampu untuk yang demikian(melihat-Nya), maka sesungguhnya Dia(Allah)selalu melihatmu”.
Hadist ini bukan saja berlaku di saat kita melakukan ibadah(shalat)saja, akan tetapi dalam semua aktifitas kita di luar shalat pun, seseorang yang zuhud merasa dirinya selalu dalam pengawasan Allah SWT.
Dengan demikian ilmu tasawuf sebagai satu wasilah(jembatan penghubung) yang mampu memberikan effect positif kepada pengamalnya berdasarkan haluan yang telah digariskan dalam syariah Islam, seperti ungkapan Imam Asy-Sya’rani bahwa tasawuf merupakan ilmu yang dapat muncul dari hati yang bersih, dan tiada tergores sedikitpun di dalamnya. Satu hal yang paling penting dalam mempelajari ilmu ini, seperti yang telah di uraikan oleh Imam Malik, bahwa seseorang yang belajar ilmu fiqih(syariat) tanpa mempelajari tasawuf (hakikat), maka ia fasiq. Demikian juga sebaliknya seseorang yang ber-tasawuf(hakikat),tanpa mendalami ilmu fiqih (syariat), maka ia kafir zindiq, artinya kita harus amalkan kedua-duanya antara syariat dan hakikat.
Akhiran, mari kita sama-sama menghayati makna zuhud yang kemudian semoga dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.Amin.

Public Speaking


Public Speaking yang berhasil, ditentukan oleh empat faktor penting, yaitu dengan "Mengatasi Hambatan Kepribadian", "Penggunaan Body Language Secara Tepat", "Metode Penyampaian yang Sistematis dan Tepat Sasaran", serta "Penggunaan Alat Peraga." Selain itu, tentu saja diperlukan persiapan yang mantap, pelaksanaan yang meyakinkan, feeling dan finishing touch yang manis.
Berikut ini adalah penjelasan delapan komponen yang disebutkan di atas.
1. Mengatasi Hambatan Kepribadian
  • Pada umumnya, seseorang yang belum biasa berbicara di depan orang yang banyak akan gugup, gemetar, berkeringat dingin, gagap, tegang, sakit perut (mulas), salah tingkah, demam panggung yang biasa kita sebut "cemas".
  • Kiat menghadapi kecemasan: (tambahkan keterangan sendiri waktu ceramah)
    - Organisasikan bahan presentasi Anda.
    - Visualisasikan.
    - Berlatih.
    - Bernafas dalam - dalam.
    - Berfokus pada relaksasi.
    - Melepas ketegangan.
    - Kontak mata.
cemas?  CEMAS????

2. Penggunaan Body Language Secara Tepat
  • Bahasa isyarat dan gerakan tubuh merupakan hal penting namun sering dilupakan orang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
    - postur tubuh.
    - Perpindahan tempat.
    - Gerak isyarat.
    - Mimik wajah.
    - Mata yang bersinar.
  • Hal -hal yang perlu dihindarkan:
    - memasukan tangan ke saku.
    - Tangan ditangkupkan di belakang punggung.
    - Lengan disedekapkan.
    - Bertolak pinggang.
    - Meremas-remas tangan.

3. Metode Penyampaian yang Sistematis dan Tepat Sasaran
  • Urutan presentasi: (tambahkan keterangan sendiri waktu ceramah)
    - pendahuluan
    - Kalimat prepandangan.
    - Gagasan utama dan sub gagasan.
    - Keuntungan dari penyampaian materi.
    - Kalimat peninjauan.
    - Kesimpulan.
  • Sebelum membahas public speaking lebih jauh, kita tinjau pengertian komunikasi lebih dahulu. Dalam proses komunikasi, komunikator menyampaikan pesan dan komunikan memberikan umpan balik. Umpan balik ini dapat berisi hal yang positif sebagai tanda mengerti pesan yang disampaikan, atau hal yang negatif sebagai tanda salah mengerti, atau bertanya sebagai tanda tidak mengerti.
  • Berbicara merupakan bagian dari komunikasi. Jika umpan balik dalam proses komunikasi itu lebih bersifat positif, berarti penyampaian pesan komunikator telah efektif. Dalam melakukan public speaking tidak selalu ada kata sepakat namun selalu tercapai pengertian bersama (komunikan mengerti maksud komunikator dan sebaliknya, walau tidak setuju).
  • Supaya tepat sasaran dalam melakukan public speaking, hal-hal berikut ini harus diperhatikan :
1.                            Kenali latar belakang komunikan, baik budayanya, sukunya, pendidikannya, pekerjaannya, hobinya, status sosialnya, kepentingannya maupun hal-hal yang nampaknya tidak ada artinya.
2.                           Hilangkan / dekatkan kesenjangan-kesenjangan dengan cara mengubah diri, ikuti "arus" namun tidak sampai "hanyut" dan akhirnya perlahan-lahan mempengaruhi "arus".
3.                           Ciptakan suasana yang menunjang, tergantung pada komunikan yang kita hadapi, pada umumnya mereka senang dengan keramahan / keakraban dan keterbukaan yang tidak sampai tahap mencampuri urusan orang lain.
4.                           Tentukan maksud dan tujuan pembicaraan kita; sekedar pengisi waktu / obrolan ringan, diskusi, brainstorming, informasi, negosiasi, atau mempengaruhi orang lain.
5.                           Arahkan materi pembicaraan dan gunakan strategi sesuaidengan tujuan pembicaraan yang telah ditetapkan.
6.                           Gunakan kata-kata yang tidak menimbulkan pengertian ganda agar tidak membingungkan.
7.                           Gunakan logika berpikir. Cobalah untuk kritis, kreatif, kembangkan pola pikir yang logis, dan sistematis. Biasakan bertanya mengapa, bagaimana, seandainya, .....
8.                           Evaluasi terus secara sadar.

4. Penggunaan Alat Peraga
  • Alat peraga khususnya yang visual dimaksudkan untuk :
    - Memfokuskan perhatian audience
    - Mengukuhkan pesan verbal
    - Merangsang minat
    - Mengilustrasikan faktor-faktor yang sulit diverbalkan
  • Hal yang harus diingat adalah : alat peraga hanya sebagai alat bantu, jangan menjadi pusat perhatian. Interaksi dan hubungan anda dengan audience yang menentukan keberhasilan public speaking.
Menggunakan Alat Peraga
Hindari timbunan data

            
Contoh penyajian grafik


5.Persiapan
  • Faktor nonteknis seringkali tidak diperhitungkan namun membawa akibat fatal bila ternyata muncul tiba-tiba. Misalnya :
    - penampilan (rambut, pakaian, sepatu, bau badan, . . .)
    - Fisik (kesehatan, makan dulu, minum glucose, buang air besar/kecil, cukup tidur, . . .)
    - Latihan gaya, menghitung waktu, . . .
    - Kesempurnaan berkas/bahan, transparan cadangan, spidol.
    - Ketersediaan alat peraga dan cadangannya, . . .
    - Sound sytem, pengaturan tempat duduk, letak layar dan alat peraga, . . .
    - Kreativitas.
6. Pelaksanaan yang meyakinkan
  • Intonasi suara, semangat, rasa percaya diri, keyakinan yang sempurna, rasa optimis, mata yang berbinar, senyum dikulum, komunikatif, mengajak (berdialog dengan) seluruh audience, membangkitkan inspirasi, data yang akurat, peraga yang baik dan lain-lain sangat mempengaruhi keberhasilan berbicara di depan umum.
7. Feeling
  • Otak manusia terdiri dari optak kanan dan otak kiri. Otak kiri berpikir hal-hal yang rasional, sedangkan otak kanan memikirkan hal-hal yang berbau senidan mengandalkan perasaan, emosi dan nuansa-nuansa ketidak pastian. Dalam berbicara di depan umum, otak kanan juga harus difungsikan, tidak hanya otak kiri. Untuk apa? Agar kita dapat mengatasi gejala-gejala yang dapat merusak presentasi kita. Contoh : jam presentasi yang tidak tepat (membuat ngantuk), kebosanan karena acara yagn monoton dan berlebihan, kelelahan, kurang minat dan sebagainya. Sebaiknya presentasi segera di break dengan humor, tanya jawab, demonstrasi alat atau visualisasi sesuatu yang merangsang minat. Selain itu ciptakan suasana yang hangat dan interaksi yang "hidup".
8. Finishing Touch
  • Setelah kesimpulan di akhir pembicaraan, ungkapkanlah tantangan, pertanyaan, penegasan, demo atau apa saja yang dapat audience terpana, tercengang, berpikir, atau bahkan protes. Hal ini akan memberi kesan positif dan rangsangan untuk bertanya.

tips-cara-berbicara-di-depan-umum


Tips dan cara berbicara di depan umum atau di depan orang banyak agar tidak merasa grogi dan gugup. Pengertian Berbicara adalah suatu proses penyampaian ide atau gagasan dengan dua arah kepada orang lain yang pada akhirnya akan memberikan umpan balik yang positif maupun negatif kepada ke dua belah pihak

Berbicara merupakan kegiatan yang bisa dilakukan siapapun (kecuali orang yang mengalami Tunawicara). namun, bila itu dilakukan di depan banyak orang banyak lain jadinya karena tidak semua orang terbiasa melakukannya. bukan berarti tidak bisa tetapi tidak terbiasa melakukannya, dengan sedikit teori di ikuti banyak latihan sangat mudah semudah anda berbicara kala mengobrol sambil minum secangkir kopi hangat

Persoalannya sering kali di antara kita diliputi ras kurang percaya diri untuk tampil ke depan padahal materi cukup banyak tersedia, kesempatan selalu ada untuk anda berbicara dan bagi anda yang sedang diliputi kekurangan percaya diri saat diminta tampil ke depan umumatau di depan orang banyak.  Silahkan Baca Tips Berbicara di Depan Orang Banyak berikut ini

1. Kuasai materi yang ingin disampaikan, seminimal mungkin kuasai 3 hari sebelum berbicara ke depan hal ini dilakukan agar anda lebih rileks dalma berbicara di depan banyak orang, jangan malam untuk belajar dari pada anda di tertawakan dan malu didepan banyak orang

2. Berlatih secara terus menerus, mulai dari kelompok yang kecil bisa terdiri dari 5 orang lalu tingkatkan menjadi 10 orang, 15 orang 20 orang dan seterusnya agar anda terbiasa berbicara dengan orang banyak

3. Belajarlah dari orang - orang sukses terutama pelajari cara berbicaranya dalam menguasai audiensnya

4. Tarik perhatian para pendengar dengar dengan hal - hal yang ringan seperti joke kecil untuk mengembalikan perhatian mereka

5. Persepsikan pikiran anda bahwa anda sedang berbicara dengan teman - teman anda agar anda lebih fleksibel dalam berbicara dan tentunya membuat anda tidak kaku dalam menyampaikan materi anda

6. Yakinlah dengan apa yang anda sampaikan ke pendengar anda walau salah sekali pun, jika anda yakin maka pendengarpun yakin tapi jika anda tidak yakin maka pendengar pun engak bakal bisa diyakinkan waluapun anda membawakan materi yang benar sekali pun

7. Belajarlah memainkan intonasi kalimat agar memuat para pendengar yakin terutama kalimat - kalimat yang ingin anda tegaskan

8. Jangan pedulikan 1 atau 2 orang yang tidak mendengarkan pemicaraan anda berikan persepsi yang baik pada diri anda misalkan "orang yang mendengarkan pembicaraan saya sedang membahas materi yang saya sampaikan dengan temannya" atau "orang itu sedang menelepon temannya tentang materi yang saya sampaikan" hal ini di gunakan agar mental anda tidak down saat berbicara di depan orang banyak

9. Jika anda merasa materi yang anda sampaikan kurang menarik, maka berusahalah membuatnya menarik dengan cara anda sendiri (persepsiakn dalam diri anda sendiri)

10. Setiap selesai membawakan materi Evaluasi diri anda sendiri lalu tanyakan pada pendengar anda untuk membandingkan jika jawabannya negatif maka segeralah perbaiki

inti dari Tips ini adalah Terus mencoba dan mencoba untuk menjadi yang terbaik karena Qualitas anda sebagai pembicara adalah dari Quantitas anda melakukannya, semakin banyak anda berlatih berbicara di depan orang banyak maka semakin baik juga kualitas pembicaraan anda.

Mengtasi Rasa Cemas Bicara Didepan Umum


Berbicara di muka umum, entah itu berkhotbah, mengajar, berpidato atau memberi sambutan, sering mendatangkan stress bagi orang mendapat mandat itu. Sedapat mungkin kita biasanya berusaha menghindar. 
Namun pada saat tertentu kita akan tidak bisa mengelak lagi.  Sesungguhnya, berbicara di depan umum itu TIDAK HARUS MEMBUAT ANDA STRESS!
Rahasianya adalah jika Anda mengetahui penyebab stress ini, dan jika Anda menerapkan beberapa prinsip-prinsip ini, maka Anda justru akan menikmati ketika berbicara di depan umum. 
Prinsip #1--Kecemasan Berbicara di Muka Umum BUKAN Berasal dari Dalam
Kebanyakan kita percaya bahwa seluruh hidup ini patut dicemaskan! Untuk mengatasi kecemasan ini secara efektif, Anda mesti menyadari bahwa Anda TIDAK perlu mencemaskan hidup Anda, termasuk juga dalam berbicara di depan umum. Ribuan orang telah belajar untuk berbicara di depan umum tanpa rasa cemas (kalaupun ada hanya sedikit sekali).
Pada mulanya, mereka ini juga sangat cemas.  Lutut mereka gemetaran, suara mereka bergetar, pikiran menjadi kacau . . . selanjutnya Anda tahu sendiri. Tapi akhirnya mereka berhasil menghapus kecemasan itu. 
Sebagai manusia biasa, Anda pun juga tidak berbeda dengan mereka. Jika mereka mampu mengatasi kecemasan itu, berarti Anda pun bisa! Anda hanya perlu mendapat pedoman, pengertian dan rencana aksi yang tepat untuk mewujudkan hal itu. Percayalah, sudah banyak berhasil, termasuk saya.  Tetapi ingat juga, keberhasilan ini tidak bisa diraih dalam semalam. Ada proses yang harus dilalui.
Prinsip #2--Anda tidak Harus Cerdas dan Sempurna 
Ketika melihat seorang sedang berkhotbah, kita lalu bergumam "Wow, saya tidak mungkin bisa secerdas, setenang, selucu dan semenarik dia." Sesungguhnya, Anda tidak harus cerdas, lucu atau menarik.  Saya mengatakan ini dengan serius.  Walaupun Anda hanya memiliki kemampuan rata-rata--bahkan di bawah rata-rata--Anda masih bisa menjadi pembicara sukses. Itu tergantung bagaimana Anda mendefinisikan kata "sukses" itu sendiri. Percayalah, hadirin itu tidak mengharapkan Anda tampil sempurna.
Inti dari berbicara di depan umum adalah: memberikan sesuatu yang bernilai dan bermakna bagi hadirin. Jika hadirin itu pulang sambil membawa sesuatu yang bermanfaat, maka mereka akan menilai Anda telah sukses. Jika mereka pulang dengan perasaan yang lega atau merasa mendapat manfaat untuk pekerjaannya, maka mereka akan menganggap bahwa tidak sia-sia meluangkan waktu untuk mendengarkan paparan Anda. Bahkan sekalipun lidah Anda terpeleset atau mengucapkan kata-kata yang tolol . . . mereka tidak peduli. 
Yang penting mereka mendapat manfaat lain (Bahkan sekalipun Anda mengkritik mereka dan membuat gusar, Anda pun tetap berhasil karena membuat mereka lebih baik lagi.) 
Prinsip #3--Anda hanya Butuh Dua atau Tiga Pokok Utama
Anda tidak perlu menyuguhkan segunung fakta pada hadirin. Banyak penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit sekali yang mampu diingat hadirin (kecuali jika mereka mencatat, tentu saja). Pilihlah dua atau tiga point utama saja.
Yang diinginkan hadirin sebenarnya adalah mereka bisa membawa pulang dua atau tiga hal yang bermanfaat. Jika Anda bisa memasukkan hal ini dalam materi Anda, Anda bisa menghindari kompleksitas yang tidak perlu.
Ini berarti juga membuat tugas Anda sebagai pembicara jadi lebih ringan, dan lebih menyenangkan juga! 
Prinsip #4--Anda Punya Tujuan yang Tepat
Prinsip ini sangat penting . . . jadi simaklah baik-baik. Kesalahan besar yang sering dilakukan oleh orang yang berbicara di depan umum adalah mereka tidak punya tujuan yang tepat. Inilah yang secara tidak mereka sadari menyebabkan kecemasan dan stress. 
Seorang pembicara mengisahkan pengalamannya:"Dulu, saya pikir tujuan utama berpidato adalah membuat semua orang yang hadir setuju dengan pendapat saya." Karena itu, dia berusaha keras untuk meyakinkan semua hadirin. Jika ada satu orang saja yang tidak setuju, dia langsung meradang.  Jika ada orang yang pulang duluan, jatuh tertidur, atau kelihatan tidak tertarik, orang ini merasa telah gagal. Tetapi kemudian dia menyadari hawa ambisi seperti ini terlihat menggelikan.
Apakah ada pembicara yang bisa meyakinkan 100%  orang yang mendengarnya? Jawabannya: tidak ada! Sesungguhnya, sekeras apapun upaya Anda. . . selalu saja ada orang yang tidak sepakat dengan Anda.  Tetapi tidak apa-apa.  Ini hal yang biasa.
Di dalam kumpulan orang banyak selalu ada perbedaan pendapat, penilaian dan tanggapan. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Tidak ada yang pasti dalam hal ini. Jika lamban menyelesaikan pekerjaan Anda, ada yang bersimpati pada Anda, ada pula yang mengkritik Anda dengan tajam. Jika Anda menuntaskan pekerjaan Anda dengan baik, ada yang memuji kemampuan Anda, ada pula yang sangsi bahwa Anda bisa mengerjakannya sendirian. Orang yang pulang duluan, mungkin bukannya tidak tertarik pada uraian Anda melainkan mungkin karena ada keperluan mendesak. Yang tertidur, mungkin semalaman begadang karena anaknya sakit.  
Ingat, inti dari berbicara di depan umum adalah memberi nilai atau makna tertentu pada hadirin.  Kata kuncinya adalah MEMBERI, bukan MENDAPAT! Dengan kata lain, tujuannya bukan mendapat sesuatu(persetujuan, ketenaran, penghormatan, pengikut dsb) dari pendengar Anda, melainkan memberikan sesuatu yang bermanfaat. 
Prinsip #5--Kunci Sukses adalah Tidak Menganggap Diri Anda Seorang Pembicara! 
Prinsip ini tampak paradoks. Kebanyakan orang telah terpengaruh oleh pembicara yang sukses. Kemudian agar sukses, kita berusaha sekuat tenaga memperlihatkan kualitas tertentu yang sebenarnya tidak kita miliki. Akibatnya kita menjadi putus asa ketika gagal meniru karakteristik dari orang terkenal, yang kita anggap sebagai kunci suksesnya.
Jelasnya, alih-alih menjadi diri sendiri, kita sering berusaha menjadi seperti orang lain! Padahal sebagian besar pembicara yang sukses itu melakukan hal yang sebaliknya! Mereka tidak berusaha menjadi orang lain, tetapi menjadi diri mereka sendiri. Dan mereka pun terkejut sendiri karena mereka bisa menikmati tugas yang bayak dicemaskan orang ini. 
Rahasianya, karena mereka tidak berusaha menjadi pembicara tetapi menjadi diri mereka sendiri! Kita bisa melakukan hal yang sama. Apapun jenis kepribadian Anda, ataupun ketrampilan dan talenta yang Anda miliki, Anda pasti mampu berdiri di muka umum dan menjadi diri Anda sendiri. 
Prinsip #6--Kerendahan Hati dan Humor Sangat Menarik Perhatian 
Ada dua hal yang dapat dipakai oleh siapa saja untuk menarik perhatian orang ketika berbicara di muka umum, yaitu: kerendahan hati dan humor. Semua orang mengenal humor.  Jika humor itu tidak menyakiti siapapun, cukup lucu dan sesuai dengan tema pembicaraan Anda, silahkan gunakan.  Humor selalu menarik meskipun Anda tidak cakap menyampaikannya. 
Sedangkan yang dimaksud kerendahan hati adalah ketika berbicara Anda  membagikan pergumulan, kelemahan dan kegagalan Anda. Sebagai manusia biasa kita punya kelemahan dan ketika Anda jujur mengungkapkannya Anda menciptakan suasana yang nyaman sehingga orang lain juga bersedia mengungkapkan hal yang sama. 
Dengan rendah hati di depan orang lain, justru akan membuat Anda lebih kredibel, bisa dipercaya dan disegani. Anda lebih mudah menjalin komunikasi dengan mereka karena dianggap sebagai "orangnya sendiri". 
Kombinasi antara  humor dan kerendahan hati seringkali sangat efektif. Dengan menceritakan pengalaman hidup Anda yang lucu dapat menjadi sarana komunikasi yang menarik. Demikian juga dengan menceritakan perasaan Anda saat itu. Misalnya, jika Anda merasa grogi ketika itu, jangan tutup-tutupi (karena mereka pasti bisa melihat).  Dengan rendah hati, akuilah ketakutan itu dengan jujur. 
Prinsip #7--Apa yang Terjadi Selama Anda Berbicara,  Bisa Anda Manfaatkan untuk Keuntungan Anda! 
Salah satu alasan orang takut berbicara di depan umum adalah karena dia tidak mau dipermalukan di hadapan orang banyak. Bagaimana nanti jika aku gemetaran dan suaraku tercekat?  Bagaimana jika aku lupa sama sekali apa yang harus kusampaikan? Bagaimana jika hadirin menolakku dan melempari aku dengan benda-benda? Bagaimana nanti jika mereka keluar ruangan semua? Bagaimana nanti jika mereka mengajukan pertanyaan sukar dan komentar tajam?  
Jika semua ini memang terjadi, memang akan membuat pembicara itu mendapat malu.  Untungnya, hal ini tidak sering terjadi. Sekalipun ini terjadi, ada jurus jitu yang dapat dipakai untuk menangkalnya. Ingin tahu?  Jika orang mulai beranjak pergi, Anda bisa bertanya: "Apakah dari yang saya sampaikan ada yang tidak Anda setujui?  Apakah gaya dan cara saya menyampaikan kurang tepat?  Apakah yang saya sampaikan tidak sesuai dengan harapan Anda?  Ataukah ada yang salah masuk ruangan?" Dengan menanyakan hal ini secara jujur dan rendah hati, maka hadirin yang masih duduk akan setia hingga Anda selesai berbicara.
Pertanyaan ini juga memberikan kesempatan pada Anda untuk memperbaiki kesalahan yang Anda lakukan saat itu. Prinsip yang sama juga dapat diterapkan menghadapi penentang dan pengejek Anda. Anda selalu punya kesempatan untuk memakai situasi apapun yang terjadi untuk keuntungan Anda. 
Prinsip #8--Anda Tidak Bisa Mengatur Perilaku Khalayak Anda 

Ada beberapa hal yang bisa Anda atur, yaitu: pikiran Anda, persiapan Anda, pengaturan alat peraga Anda,  penataan ruang pertemuan--tetapi satu hal yang tidak bisa diatur, yaitu audiens atau khalayak Anda. Mereka akan bertindak sesuai kehendak mereka sendiri.
 Jika mereka terlihat lelah atau gelisah, jangan coba-coba untuk mengaturnya. Jika mereka membaca koran, atau tertidur biarkanlah itu sepanjang tidak mengganggu yang lain. Jika mereka tidak menyimak, jangan menghukum mereka 

Jika Anda menganggap bahwa Anda harus mengatur perilaku orang lain, maka Anda akan stress sendiri.  Anda hanya bisa mengatur diri Anda sendiri dan sarana pendukung. 
Prinsip #9--Hadirin Sesungguhnya Menginginkan Anda Berhasil 
Para hadirin menghendaki Anda sukses menyampaikan materi.  Sesungguhnya, sebagian besar dari mereka sangat takut berbicara di depan orang banyak.  Mereka tahu risiko kegagalan dan dipermalukan yang Anda ambil ketika Anda maju di depan mereka. Mereka mengagumi keberanian Anda mengambil risiko itu. Mereka akan di pihak Anda, apa pun yang terjadi. 
Ini artinya, sebagian besar khalayak itu bisa memahami jika Anda membuat kesalahan. Tingkat toleransi mereka terhadap kesalahan Anda cukup tinggi.  Anda perlu meyakini prinsip ini, terutama ketika merasa bahwa penampinan Anda sangat buruk.
Prinsip #10--Roh Kudus Akan Memampukan Anda 
Prinsip terakhir ini sangat penting.  Siapa pun Anda, ketika Roh Kudus berkarya dalam diri Anda, maka Anda akan menjadi pembicara yang mengubah hidup orang lain. 
Ingatlah peristiwa Pentakosta. Petrus yang dikuasai Roh Kudus bisa menjadi pembicara yang hebat.  Tetapi siapa sebenarnya Petrus?  Dia "hanya" seorang Nelayan! 
Nah, dengan mengingat kesepuluh prinsip ini, percayalah Anda tidak akan merasa cemas lagi ketika harus berbicara di depan umum.  Cara paling mudah untuk mengingatnya, adalah dengan mempraktikannya dengan tekun. Saya sudah mengalami sendiri.  Dulu, setiap kali harus memimpin PA, saya selalu basah keringat dingin. Perut saya juga mulas.  Tetapi setelah beberapa kali melakukannya, perasaan cemas itu mulai sirna.  Jika saya bisa, Anda pun pasti bisa!

Bung Karno sebagai Guru Bangsa



Di antara banyak predikat yang telah diberikan kepada Bung Karno, patutlah kiranya pada peringatan ulang tahunnya yang ke-102 ini ia juga dikenang sebagai guru bangsa. Sebagai pencetus maupun komunikator, banyak pemikiran penting telah menjadi sumbangan pendidikan tak terhingga bagi negara-bangsa ini.

Layaknya seorang guru yang cakap, ia mampu menyampaikan gagasan-gagasan penting dengan lancar, penuh imajinasi, dan komunikatif. Di tangannya, topik-topik bahasan yang sebenarnya berat menjadi gampang dicerna, mudah dipahami masyarakat luas.

Ingat, misalnya, saat secara berkala pada tahun 1958-1959 ia memberikan rangkaian "kuliah" guna menjelaskan kembali sila demi sila dari Pancasila sebagai dasar negara, masing-masing satu sila setiap kesempatan "tatap muka." Pada 26 Mei 1958 ia memulai rangkaian itu dengan memberi kuliah tentang pengertian umum Pancasila. Setelah menyampaikan penjelasan tentang berbagai bentuk kapitalisme dan perlawanan terhadapnya, ia menekankan bahwa Pancasila bukan hanya merupakan pandangan hidup, melainkan juga alat pemersatu bangsa.

Kuliah pembukaan itu disusul kuliah-kuliah serupa lain yang biasanya diadakan di Istana Negara dan disiarkan langsung melalui radio ke seluruh penjuru Tanah Air. Berbeda dengan pidato-pidato Bung Karno di depan massa yang biasanya berapi-api membakar semangat rakyat, kuliah-kuliah ini berjalan lebih rileks dan komunikatif.

Dengan kuliah-kuliah itu tampaknya Bung Karno ingin sekaligus mengingatkan, Istana Negara bukan tempat sangar atau sakral yang hanya boleh dimasuki presiden dan pejabat maha penting negeri ini, tetapi Istana milik rakyat, tempat masyarakat belajar mengenai banyak hal, termasuk dasar negara. Ia ingin menjadikan Istana (dan mungkin Indonesia umumnya) sebagai "ruang kuliah" di mana terselenggara proses belajar-mengajar antara masyarakat dan pemimpinnya.

Teori dan praksis

Dari teori-teori filsafat dan politik serta acuan-acuan historis yang digunakan dalam mengurai sila-sila Pancasila, tampak pengetahuan Soekarno amat luas dan dalam. Dalam uraian-uraiannya, tidak jarang ia menyitir pikiran Renan, Confusius, Gandhi, atau Marx. Dengan begitu, ia seolah ingin menunjukkan dan memberi contoh, tiap warga negara perlu terus memperluas pengetahuannya. Meski ia sendiri sebenarnya dididik sebagai orang teknik, namun amat akrab dengan ilmu-ilmu sosial, terutama filsafat, sejarah, politik, dan agama.
Dalam salah satu kuliahnya Bung Karno menyinggung kembali pertemuan dan dialognya dengan petani miskin Marhaen. Dialog sendiri sudah berlangsung jauh sebelumnya, tetapi ia masih mampu mengingat dan menggambarkan amat jelas. Ini menandakan, Soekarno menaruh perhatian pada perjumpaannya dengan wong cilik, rakyat jelata, dan ingin menjadikannya sebagai titik tolak perjuangan bersama guna membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu kemiskinan dan ketidakadilan. Baginya retorika memperjuangkan rakyat yang tidak disertai perjumpaan-perjumpaan langsung dengan rakyat adalah omong kosong.

Dengan kata lain, sebagai guru bangsa ia tak suka hanya berkutat di dunia teori, tetapi juga menceburkan diri ke realitas kehidupan sehari-hari bangsanya. Bung Karno selalu berupaya keras mempertemukan "buku" dengan "bumi," menatapkan teori-teori sosial-politik dengan realitas keseharian manusia Indonesia yang sedang ia perjuangkan.

Bung Karno terus mempererat kaitan teori dan praksis, refleksi dan aksi. Mungkin inilah salah satu faktor yang membedakannya dari pemimpin lain, baik yang sezamannya maupun sesudahnya.

Perlu diingat, lepas dari apakah orang setuju atau tidak dengan uraian dan gagasannya, satu hal tak dapat diragukan tentang Soekarno: ia bukan seorang pejabat yang korup. Sulit dibayangkan, Soekarno suka menduduki posisi-posisi tertentu di pemerintahan karena ingin mencuri uang rakyat atau menumpuk kekayaan untuk diri sendiri.

Perjuangan Soekarno adalah perjuangan tulus, yang disegani bahkan oleh orang-orang yang tak sepaham dengannya. Karena itu, tak mengherankan betapapun ruwetnya ekonomi Indonesia di bawah pemerintahaannya, tak terlihat kecenderungan pejabat-pejabat pemerintah di zaman itu yang tanpa malu korupsi atau berkongkalikong menjual sumber-sumber alam milik rakyat.

Absennya guru-guru lain

Bagaimanapun juga, sebagai seorang manusia Bung Karno bukan tanpa kelemahan. Dalam kapasitasnya sebagai pejabat negara, misalnya, ia tampak "menikmati" posisinya sehingga ada kesan ia tak lagi menempatkan diri sebagai seorang pelayan publik dalam tata masyarakat demokratis. Sebagai presiden seharusnya ia menyadari kedudukannya sebagai seseorang yang menjabat sejauh rakyat memberi mandat padanya, itu pun disertai batasan masa jabatan tertentu.

Rupanya Bung Karno tidak terlalu menghiraukan hal itu. Karenanya ketika tahun 1963 diangkat sebagai presiden seumur hidup, ia tidak menolak.

Sebagai seorang guru yang memandang negerinya sebagai sebuah "ruang kuliah" raksasa dan rekan-rekan sebangsanya sebagai "murid-murid" yang patuh, terkesan Bung Karno tak memerlukan adanya "guru-guru" lain. Ia tak keberatan akan keberadaan mereka, tetapi-sadar atau tidak-"gaya mengajar"-nya mendorong tokoh-tokoh lain yang potensial untuk juga menjadi guru bangsa terpaksa menyingkir atau tersingkir.

Kita belum lupa ketika pada 1 Desember 1956 Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden. Kita juga masih ingat bagaimana orang-orang dekat Bung Karno-seperti Sjahrir, Amir Syarifuddin, Tan Malaka, Moh Natsir, dan lainnya-satu per satu menjauh darinya.

Pada pertengahan 1950-an rupanya perhatian Bung Karno yang begitu besar kepada posisinya sendiri membuatnya kurang menyadari bahwa dampak Perang Dingin telah kian jauh merasuki Indonesia. Kemenangan PKI dalam Pemilu 1955 dan pemilu daerah tahun 1957, misalnya, telah benar-benar mempengaruhi perhatian dan kebijakan para pelaku utama Perang Dingin terhadap Indonesia.

Di satu pihak, Cina dan Uni Soviet menyambut kemenangan itu dengan gembira karena menandakan kian meluasnya komunisme di Indonesia. Di lain pihak, bagi AS dan sekutunya, kemenangan itu meningkatkan ketakutan mereka bahwa Indonesia akan "lepas" dari lingkaran pengaruh Barat. Dalam pola pikiran teori domino, lepasnya Indonesia akan berarti terancamnya kepentingan-kepentingan Barat di Asia Tenggara.

Sedikit demi sedikit panggung ketegangan pun dibangun. Tahun 1965-1966 panggung itu dijadikan arena pertarungan berdarah antara PKI dan unsur-unsur bersenjata yang didukung Barat. Bung Karno sadar, tetapi terlambat. Dengan gemetar ia terpaksa menyaksikan ratusan ribu rakyat yang ia cintai dibantai secara terencana dan brutal.

Sedikit demi sedikit ia dijepit. Akhirnya guru bangsa yang besar ini disingkirkan dari panggung kekuasaan. Ia pun wafat sebagai seorang tahanan politik yang miskin, di negeri yang kemerdekaannya dengan gigih ia perjuangkan.

Akhir hidup Bung Karno memang memilukan. Tetapi ajaran-ajarannya sebagai guru bangsa tetap relevan dan penting untuk negara-bangsa ini. Orang dapat belajar tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi juga dari tindakan, berikut keunggulan dan kelemahannya. Kita berharap kaum muda negeri ini tak jemu untuk terus belajar dari sejarah, termasuk dari Bung Karno sebagai guru bangsa.

Agitasi dan Propaganda

Menurut kamus Oxford, mengagitasi adalah “membangkitkan perhatian (to excite) atau mendorong (stir it up)”, sedangkan propaganda adalah sebuah “rencana sistematis atau gerakan bersama untuk penyebarluasan suatu keyakinan atau doktrin.
Definisi ini bukan merupakan titik pijak yang buruk. Agitasi memfokuskan diri pada sebuah isu aktual, berupaya ‘mendorong’ suatu tindakan terhadap isu tersebut. Propaganda berurusan dengan penjelasan gagasan-gagasan secara terinci dan lebih sistematis.
Seorang marxis perintis di Rusia, Plekhanov, menunjukkan sebuah konsekuensi yang penting dari pembedaan ini. “Seorang propagandis menyajikan banyak gagasan ke satu atau sedikit orang; seorang agitator menyajikan hanya satu atau sedikit gagasan, tetapi menyajikannya ke sejumlah besar orang (a mass of people)”. Seperti semua generalisasi yang seperti itu, pernyataan di atas jangan dipahami secara sangat harfiah. Propaganda, dalam keadaan yang menguntungkan, bisa meraih ribuan atau puluhan ribu orang. Dan ‘sejumlah besar orang’ yang dicapai oleh agitasi jumlahnya sangat tidak tetap. Sekalipun demikian, inti dari pernyataan Plekhanov itu memiliki landasan yang kuat (sound).
Banyak gagasan ke sedikit orang
Lenin, dalam What is to be done, mengembangkan gagasan ini:
"Seorang propagandis yang, katakanlah, berurusan dengan persoalan pengangguran, mesti menjelaskan watak kapitalistis dari krisis, sebab dari tak terhindarkannya krisis dalam masyarakat modern, kebutuhan untuk mentransformasikan masyarakat ini menjadi sebuah masyarakat sosialis, dsb. Secara singkat, ia mesti menyajikan “banyak gagasan”, betul-betul sangat banyak, sehingga gagasan itu akan dipahami sebagai suatu keseluruhan yang integral oleh (secara komparatif) sedikit orang. Meskipun demikian, seorang agitator, yang berbicara mengenai persoalan yang sama, akan mengambil sebagai sebuah ilustrasi, kematian anggota keluarga seorang buruh karena kelaparan, peningkatan pemelaratan (impoverishment) dsb., dan penggunaan fakta ini, yang diketahui oleh semua orang, akan mengarahkan upayanya menjadi penyajian sebuah gagasan tunggal ke “massa”. Sebagai akibatnya, seorang propagandis bekerja terutama dengan mamakai bahasa cetak; seorang agitator dengan memakai bahasa lisan."
Mengenai pokok pikiran yang terakhir, Lenin keliru, karena ia terlalu berat-sebelah. Seperti yang ia sendiri nyatakan, sebelum dan sesudah ia menulis pernyataan di atas, sebuah surat kabar revolusioner bisa dan mesti menjadi agitator yang paling efektif. Tetapi ini merupakan masalah sekunder. Hal yang penting adalah bahwa agitasi, apakah secara lisan atau tertulis, tidak berupaya menjelaskan segala sesuatu. Jadi kita menyatakan, dan mesti menyatakan, bahwa para individu buruh tambang yang menggunakan pengadilan kapitalis untuk melawan NUM adalah buruh pengkhianat, bajingan (villains), dipandang dari segi perjuangan sekarang ini; betul-betul terpisah dari argumen umum tentang watak negara kapitalis. Tentu kita akan mengajukan argumen, tetapi kita berupaya ‘membangkitkan perhatian’, ‘mendorong’, ‘membangkitkan rasa tidak senang dan kemarahan’ terhadap pengadilan di sebanyak mungkin buruh. Ini mencakup mereka (mayoritas besar) yang belum menerima gagasan bahwa negara, negara apapun dan pengadilannya, pasti merupakan sebuah instrumen dari kekuasaan kelas.
Atau ambil sebuah contoh lain. Lenin berbicara tentang “ketidakadilan yang amat parah” (crying injustice). Namun, sebagai seorang pengikut Marx yang mendalam, ia betul-betul mengetahui bahwa tidak ada ‘keadilan’ atau ‘ketidakadilan’ yang terlepas dari kepentingan kelas. Di sini, ia menunjuk dan berseru pada kontradiksi antara konsep ‘keadilan’ (‘justice’ or ‘fairness’) yang dipromosikan oleh para ideolog masyarakat kapitalis dengan realitas yang terekspos dalam perjalanan perjuangan kelas. Dan hal itu mutlak benar dari sudut pandang agitasi.
Seorang propagandis, tentu saja, mesti menyelidiki secara lebih mendalam, mesti meneliti konsep keadilan, perkembangan dan transformasinya melalui berbagai masyarakat berkelas yang berbeda, isi kelasnya yang tak terhindarkan. Tetapi hal itu bukan merupakan tujuan utama dari agitasi. Para ‘marxis’ yang tidak memahami pembedaan ini menjadi korban dari ideologi borjuis, menjadi korban dari generalisasi yang lepas dari konteks waktu (timeless generalisations), yang mencerminkan masyarakat berkelas yang diidealisasikan. Yang paling penting, mereka tidak memahami secara konkrit bagaimana sebenarnya sikap kelas buruh berubah. Mereka tidak memahami peran pengalaman, sebagai contoh, pengalaman tentang peran polisi dalam pemogokan para buruh tambang. Mereka tidak memahami perbedaan antara agitasi dan propaganda.
Kedua hal itu penting, sangat diperlukan, tetapi keduanya tidak selalu bisa dikerjakan. Agitasi memerlukan kekuatan yang lebih besar. Tentu saja seorang individu terkadang bisa mengagitasi sebuah keluhan tertentu secara efektif, katakanlah, keluhan mengenai kurangnya sabun atau tissue toilet yang layak di sebuah tempat kerja tertentu, tetapi sebuah agitasi yang luas dengan sebuah fokus yang umum tidaklah mungkin tanpa sejumlah besar orang yang ditugaskan dengan pantas untuk melaksanakannya, tanpa sebuah partai.
Jadi apa pentingnya pembedaan tersebut sekarang ini? Untuk sebagian besar, para sosialis di Inggris tidak berbicara ke ribuan atau puluhan ribu orang. Kita sedang berbicara ke sejumlah kecil orang, biasanya berupaya meyakinkan mereka (to win them) melalui politik sosialis yang umum, dan bukan melalui agitasi massa. Jadi apa yang kita usulkan (arguing) pada dasarnya adalah propaganda. Tetapi di sinilah kebingungan muncul. Karena terdapat lebih dari satu jenis propaganda. Ada sebuah pembedaan antara propaganda abstrak dan jenis propaganda yang diharapkan dapat mengarah ke suatu aktivitas, yaitu propaganda yang konkrit atau realistik.
Propaganda abstrak memunculkan gagasan yang secara formal benar, tetapi tidak terkait dengan perjuangan atau dengan tingkat kesadaran yang ada di antara mereka yang menjadi sasaran dari penyebaran gagasan itu. Sebagai contoh, menyatakan bahwa di bawah sosialisme sistem upah akan dihapuskan adalah mutlak benar, menempatkan usulan yang seperti itu kepada para buruh sekarang ini bukanlah agitasi, melainkan propaganda dalam bentuk yang paling abstrak. Begitu pula, usulan terus-menerus (constant demand) untuk sebuah pemogokan umum, terlepas dari apakah prospek untuk melakukannya bersifat riil dalam situasi yang sekarang, mengarah tidak ke agitasi, melainkan ke penarikan diri (abstaining) dari perjuangan yang riil di sini dan sekarang.
Di sisi lain, propaganda realistis berpijak dari asumsi bahwa kelompok-kelompok sosialis yang kecil tidak dapat secara meyakinkan mempengaruhi kelompok-kelompok buruh yang besar sekarang ini di hampir setiap keadaan. Tetapi hal itu juga mengasumsikan bahwa terdapat argumen tentang isu-isu spesifik, yang dapat dicoba untuk dibangun oleh para sosialis. Jadi seorang propagandis realistis di sebuah pabrik tidak akan mengusulkan penghapusan sistem upah. Ia (laki-laki atau perempuan) akan mengusulkan serangkaian tuntutan yang diharapkan dapat mengarahkan perjuangan ke kemenangan, dan sudah tentu melebihi kemenangan kecil (tokens) yang diberikan oleh bikorasi serikat buruh. Jadi mereka akan mengusulkan, misalnya, peningkatan ongkos rata-rata setiap produk (a flat rate increase), pemogokan mati-matian dengan tuntutan penuh (the full claim, all out...strike) dan bukan pemogokan yang selektif, dsb.
Menyeimbangkan agitasi dengan propaganda secara benar (Getting the balance right)
Semua ini bukanlah agitasi dalam arti yang dibicarakan oleh Lenin, hal itu adalah satu atau dua orang sosialis yang memunculkan serangkaian gagasan tentang bagaimana untuk menang. Tetapi hal itu juga bukan propaganda abstrak karena hal itu terkait dengan sebuah perjuangan yang riil dan karenanya bisa terkait dengan minoritas buruh yang cukup besar di suatu wilayah. Ini berarti bahwa propaganda realistis dapat membangun hubungan (strike a chord) dengan sekelompok orang yang jauh lebih besar daripada mereka yang sepenuhnya terbuka untuk gagasan-gagasan sosialis. Bahwa sekarang ini hanya sekelompok orang yang sangat kecil yang akan terbuka untuk semua gagasan-gagasan sosialisme. Kelompok yang lebih besar tidak akan seperti itu, tetapi masih bisa menerima banyak propaganda dari kaum sosialis untuk tidak mempercayai para pejabat, untuk mengorganisir di lapisan bawah (the rank and file) dan sebagainya.
Pentingnya pembedaan ini ada dua (twofold). Para sosialis yang mempercayai bahwa mereka harus melakukan propaganda di kelompok-kelompok diskusi mereka yang kecil, dan mengagitasi di tempat kerja mereka, sangat mungkin menaksir terlalu tinggi (overestimate) pengaruh mereka di sejumlah besar buruh dan dengan demikian kehilangan kesempatan untuk membangun basis di sekitar sejumlah kecil pendukung. Mereka yang percaya bahwa mereka hanya harus melakukan propaganda abstrak dalam diskusi-diskusi mereka dengan para sosialis yang lain dan di tempat kerja mereka bisa mengambil sikap menarik diri ketika perjuangan yang riil benar-benar meletus.
Dengan melakukan propaganda realistis pada sebuah periode di mana agitasi massa secara umum tidak mungkin, kaum sosialis akan jauh lebih mungkin untuk dapat menghindari kedua jebakan tersebut.

Diberdayakan oleh Blogger.
ADIFAH 2220 © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute