Cari Blog Ini

Jumat, 14 Januari 2011

Sejarah

  1. I. Pendahuluan
Sejarah perkembangan pendidikan Islam di Indonesia memberikan gambaran kepada kita bahwa konntak-kontak pertama antara pengembangan agama Islam dengan berbagai jenis kebudayaan dan masyarakat Indonesia, menunjukan bahwa semacam akommodasi kultural harus diketemukan. Disamping yang bermula dari perbenturan dalam dunia dagang, sejarah juga menunjukan bahwa penyebaran islam kadang-kadang terjadi pula dalam suatu kontak intelektual, ketika ilmu-ilmu dipertentangkan dan dipertemukan, ataupun ketika kepercayaan pada dunia lama mulai menurun. [1]
  1. II. Pembahasan
A. Sistem Pendidikan Kolonial Belanda
  1. Zaman Penjajahan Belanda
Cukup banyak peristiwa dan pengalaman yang dicatat belanda sejak awal kedatanganya di indonesia, baik sebagai pedagang perorangan, kemudian diorganisasikan dalam bentuk kongsi dagang yang bernama VOC, maupun sebagai aparat pemerintah yang berkuasa dan menjajah, ialah bahwa mereka selalu mendapatkan perlawanan dari penduduk pribumi, raja-raja dan tokoh agama setempat. Mereka menyadari bahwa unrtuk dapat mempertahankan kekuasaan di indonesia, mereka harus berusaha memahami dan mengerti tentang seluk beluk penduduk pribumi yang dikuasainya.[2]
  1. Lembaga, materi, kurikulum dan tujuan pendidikan kolonial belanda
  2. Sekolah kelas Satu
Sekolah kelas satu adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak kaum bangsawan, lamanya 5 tahun. Pada tahun 1907 dimasukan bahasa Belanda sebagai mata pelajaran dan masa belajarnya pun diperpanjang menjadi 6 tahun.
Pada tahun 1914 sekolah kelas satu diubah menjadi  Hollands Inlandsche School (HIS), sekolah rendah berbahasa Belanda untuk anak indonesia dengan lama belajar 7 tahun
Tujuan dari sekolah ini untuk memenuhi kebutuhan akan pegawai-pegawai pemerintah, perdagangan, dan perusahaan.
  1. Sekolah kelas dua
Sekolah kelas dua pada mulanya belajar adalah 3 tahun dan kemudian diperpanjang menjadi 5 tahun. Sekolah ini akan mempersiapkan berbagai ragam pegawai rendah untuk kantor pemerintah dan perusahaan swasta. Dan juga berfungsi untuk mepersiapkan guru bagi sekolah desa.
Setelah sekolah kelas satu diganti menjadi HIS pada tahun 1914, maka nama sekolah inipun sering dipakai dengan sebutan standard School atau sekolah standar. [3]
  1. Sekolah desa
Sekolah desa didirikan pada tahun 1907. didirikanya sekolah ini adalah untuk mewujudkan hasrat pemerintah kolonial belanda menyebagrkan pendidikan sekluas mungkin dengna biaya serendah-rendahnya. Pada permulaan abad ke 20 pendidikan untuk rakyat banyak menarik perhatian, sebab-sebabnya adalah:
  • Ide politis etis yang bertambah kuat
  • Kebangkitan Asia, dan
  • Pendidikan yang lebih baiok yang diberikan di tanah jajahan lainya.
Kurikulum sekolah desa ditekankan pada :
  • Kelas I membaca dan menulis bahasa melayu dengan huruf latin, latihan bercakap-cakap, dan berhitung 1-20.
  • Kelas II lanjutan membaca dan menulis dengan huruf latin dan huruf arab. Dikter dalam kedua macam bahasa itu.
  • Kelas III ulangan. Berhitung diatas 100. pecahan sederhana
  1. Europese Lagere School (ELS)
Didirikan pada tahun 1817 di Batavia, sekolah ini dimaksudkan agar sama dengan yang di belanda (Netherland), karenanya kurikulumnya meliputi: mata peklajaran membaca, menulis, berhitung, bahsa belanda, sejarah, ilmu bumi, dan mata pelajaran lainya (bahasa Jerman, Prancis dan Inggris).
Lama belajar sekolah ini adalah 7 tahun, dan muri-murid yang diterima disekolah ini diutamakan orang-orang eropa atau secara legal dipersamakan dengan orang eropa.
  1. Hollands Chinese School (HSC)
Didirikan pertama kali pada tahun 1908. kurikulum HCS ini sama dengan ELS, yakni memberikan pendidikan belanda yang murni kepada anak-anak China. Sekolah ini kebanyakan dikunjungi oleh China Indo yang lahir di Indonesia.
Tujuan inti didirikan sekolah ini agar orang China teap loyal kepada pemerintah belanda.
  1. Hollands Inlandsche School (HIS)
HIS didirikan atas dorongan ynag kuat dari bangsa Indonesia untuk memperoleh pendidikan, terutama pendidikan barat. HIS didirikan pertama kali pada tahun 1914. lama belajarnya 7 tahun. Mata pelajaran yang terpenting di sekolah ini adalah bahasa belanda. Sekolah ini dimaksudkan untuk anak-anak golongan elite atau golongan sosial atas. Karena itu sekolah ini bagi kebanyakan orang indonesia.
Status sekolah ini sama dengan ELS, dengan demikian, sekolah ini dapat memenuhi keinginan orangIndonesia untuk melanjutkan pelajaran sampai tingkat yang setinggi-tingginya.
  1. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
Sejak tahun 1903 telah diadakan kursus MULO, dan pada tahun 1914 kursus MULO diubah menjadi MULO. Sekolah ini ditujukan untuk kel;anjutan HIS, yang sejak jaman jepang hingga sekarang bernama SMP, lama belajarnya 3 tahun
Kurikulum ditekankan kepada pengajaran bahasa, yakni bahasa belanda, Prancis, Inggris dan Jerman. Setengah dari waktu digunakan untuk mempelajari bahasa, sepertiga untuk matematika dan IPA dan seperenam untuk Ilmu Pengetahuan Sosial.
  1. Algemeene Middelbare School (AMS)
AMS dibagi kepada dua bagian:
  • Bagian A: Ilmu penetahuan Kebudayaan, terdiri dari :
AI : Bagian Kesustraan Timur
AII : Bagian Klasik Barat
  • Bagian B: Ilmu Pengetahuan kealaman
AMS Pertama kali didirikan di Jogjakarta pada tahun 1919. pada jaman jepang sekolah ini bernama sekolah menengah Tinggi, dan sesudah kemerdekaan disebut Sekolah Menengah Atas (SMA)[4]
  1. Respon NU Terhadap Sistem Pendidikan Kolonial Belanda
  1. Sejarah Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama pada waktu berdirinya ditulis dengan ejaan lama “Nahdlatoel Oelama (NU)” didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januri 1926 M bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1444 H oleh kalangan ulama penganut mazhab yang seringkali menyebut dirinya sebagai golongan Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang dipelopori oleh K.H. Hasyim Azhari dan K.H. Andul Wahab Hasbullah.
  1. Penyelenggaraan Pendidikan sebagai respon pendidikan kolonial Belanda
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran NU membentuk satu badan khusus yang menanganinya yang disebut Ma’arif, dimana tugasnya adalah untuk membentuk perundangan dan program pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan atau sekolah yang berada dibawah naungan NU.
Berdasarkan hasil Rapat Kerja Ma’arif yang diselenggarakan pada tahun 1978, disebutkan tentang program-program kerja Ma’arif, antara lain:
  1. Pemantapan sistem pendidikan Ma’artif meliputi:
  2. Tujuan pendidikan Ma’arif:
  • Menumbuhkan jiwa pemikiran dan gagasan-gagasan yang dapat membentuk pandangan hidup bagi anak didik sesuai dengan ajaran Ahlussunah Waljama’ah.
  • Menanamkan sikap terbuka, watak mandiri, kemampuan berkerja sama dengan pihak untuk lebih baik, keterampilan menggunakan ilmu dan teknologi, uang kesemuaannya adalah perwujudan pengabdian kepada Allah.
  • Menciptakan sikap hidup yang berorietasi kepada kehidupan duniawi dan ukhrawi sebagai sebuah kesatuan.
  • Menanamkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai ajaran yang dinamis.
  1. Penataan kembali orientasi pendidikan ma’arif, dari orientasi pecapaian pengetahuan scholastic yang diakhiri dengan pemberian ijazah, ke orientasi kemampuan melakukan kerja di bidang kemanusiaan dan kemasyarakatan.
    1. Mengkaitkan pelajaran agama di sekolah-sekolah Ma’arif dengan persoalan-persoalan hukum, lingkungan hidup, solidaritas sosial, wirasuasta dan sebagainya.
    2. Mengembangkan watak kultural ke-NU-an
    3. Secara makro, memberikan porsi yang lebih besar terhadap pendidikan non formal
      1. Peningkatan organisasi Ma’arif
      2. Penyediaan data dan informasi tentang sekolah-sekolah Ma’arif
      3. Penerbitan
      4. Peningkatan mutu guru Ma’arif.
  1. Respon Parti Terhadap Sistem Pendidikan Kolonial Belanda
  1. Sejarah Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti)
Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 5 Mei 1928 M. bertempat di Candung, Bukit Tinggi (Sumatra Tengah) dengan nama: Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau Perti.[5]
Pendirinya ialah ‘Alim ‘Ulama yang masyhur di Minang Kabau, yaitu;
    1. Syekh Sulaiman Ar-rasuli, Candung Bukit Tinggi
    2. Syekh M. Jamil Jaho, Padang Panjang
    3. Syekh Abbas Ladang Lawas, Bukit Tinggi
    4. Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang, Suliki
    5. Syekh Arifin Batuhampar, Payakumbuh
    6. Syekh Khatib Ali, Padang
    7. Syekh Makhudum, Solok
    8. Syekh M. Yusuf Sasak Pasaman, dan lain-lainnya.
Pada masa itu perkumpulan ini berwujud untuk memajukan pendidikan dan pengajaran Islam dengan membangun surau-surau dan sekolah-sekolah Agama (Madrasah-madrasah Tarbiyah Islamiyah).
  1. Tujuan Pendidikan Perti
Diantara tujuan Tarbiyah Islamiyah yang terpenting ialah untuk:
  1. Mengembangakan pendidikan dan pengajaran Islam ditengah-tengah masyarakat dengan memperhebat penyiaran agama, baik dengan lisan (tabligh) atau dengan tulisan (menerbitkan buku-buku, majalah, dan sebagainya)
  2. memajukan amal-amal sosial dan ibadah dengan membangunkan langgar-langgar, musholah dan masjid
  3. mendirikan madrasah-madrasah, mulai dari tinggkat rendah sampai tinggkat tinggi.
  1. Respon Al-Washliyah Terhadap Sistem Pendidikan Kolonial Belanda
  1. Sejarah Al-Washliyah
Al Jami’atul Washliyah didirikan di Medan pada tanggal 30 November 1930 bertepatan tanggal 9 Rajab 1249 H oleh pelajar-pelajar dan para guru Maktab Islamiyah Tapanuli. Maktab Islamiyah Tapanuli ini ialah sebuah madrasah yang didirikan di Medan pada tanggal 19 Mei 1918 oleh masyarakat Tapanuli, dan merupakan madrasah yang tertua di Medan.
Sebagai pengurus yang pertama pada organisasi ini adalah Isma’il Banda sebagai ketua 1, A. Rahman Syihab ketua 2 dan lain-lain. Sebagai penasihatnya adalah Syekh H.M. Yunus.
  1. Penyelenggaraan Pendidikan Sebagai Respon Pendidikan Kolonial Belanda
Al-Washliyah adalah sebuah organisasi yang berasaskan Islam, yang dalam fiqih memakai mazhab Syafii serta dalam hal I’tiqot adalah ahlusunah Waljama’ah. Al-washliyah bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan keagamaan.
Usaha-usaha yang dilakukannya antara lain:
    1. Mengusahakan berlakunya hukum-hukum Islam
    2. Memperbanyak tabligh, tazkir, dan pengajaran ditengah-tengah umat Islam
    3. Menerbitkan kitab-kitab, surat-surat kabar, majalah, surat-surat siaran, dan mengadakan taman bacaan
    4. Membangun perguruan dan mengatur kesempurnaan pelajaran, pendidikan dan kebudayaan
    5. Menyantuni fakir miskin dan memelihara serta mendidik anak yatim piatu
    6. Menyampaikan seruan Islam kepada orang-orang yang belum beragama Islam
    7. Mendirikan, memelihara, dan memperbaiki tempat ibadah
    8. Memajukan dan menggembirakan penghidupan dengan jalan yang halal
    9. Dan lain-lain.[6]
Tingkatan Madrasah-madrasah Al-Jami’yatul Washliyah adalahsebagai berikut:
    1. Tajhiziah, yang diterima menjadi murid Tajhiziah ialah anak-anak yang belum pandai menulis dan membaca huruf Arab. Pelajarannya ialah membaca Al-quran (tulisan arab yang berbaris) dan tulisan Arab yang tidak berbaris, serta ibadah sembahyang dan lainnya dengan praktek.
    2. Ibtidaiyah, lanjutan bagi Tajhiziah. Pelajarannya kira-kira 70% ilmu agama dan 30% ilmu umum. Lama pelajarannya 4 tahun bagian pagi dan 6 tahun bagian sore.
    3. Tsanawiyah, lanjutan bagi Ibtidaiyah. Pelajarannya 70% ilmu agama dan 30% ilmu umum.
    4. Al-Qismul ‘Ali, sambungan Tsanawiyah, pelajarannya 70% ilmu agama dan 30% ilmu umum.
    5. Takhassus, Sambungan al-qismul ‘ali, dibangunkan untuk memperdalam ilmu agama dalam beberapa fan tertentu.
    6. Sekolah Guru Islam (SGI), pelajarannya 50% ilmu umum ditambah 50% ilmu agama. Yang diterima menjadi murid, ialah anak-anak tamatan ibtidaiyah.
  1. Kesimpulan
  2. Daftar Pustaka

[1] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h. 47
[2] Muctaram, Zaini, Sejarah Pendidikan Islam dI Indonesia, Proyek pembinaan prasarana dan Sarana  Perguruan Tinggi Agama, Malang: 1986, hal 17
[3] Daulay, Putra Haidar, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Cet I, Prenada Media Group, Jakarta: 2007, hal 77-78
[4] Daulay, Putra Haidar, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Cet I, Prenada Media Group, Jakarta: 2007, hal 79-82
[5] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1995, h. 97.
[6] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h. 124.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
ADIFAH 2220 © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute