-  Pendahuluan
Fitrah  sebagai seorang manusia adalah menerima segala hal di muka bumi,  termasuk juga yang namanya pendidikan yang pada hakikatnya semua manusia  mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan (education).  Pendidikan harus membuat interelasi manusia sebagai subjek dalam dunia  beserta isinya. Pendidikan secara esensial berfungsi untuk mempertemukan  manusia dengan jatidirinya kemanusiaannya dalam dunia pendidikan dalam  hubungannya dengan dunia sesama manusia dan makhluk lain. Manusia adalah  makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai kehidupan yang  optimal, kehidupan yang lebih baik secara optimal. Selama manusia  berusaha untuk meningkatkan kehidupannya baik dalam meningkatkan dan  mengembangkan kepribadian serta kemampuan atau keterampilannya secara  sadar atau tidak sadar maka selama itulah pendidikan terus berjalan.
Makna  pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan luas. Dalam  arti khusus pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang  dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Jadi,  pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa  dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.  Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan  dianggap selesai. Sedangkan dalam arti luas, merupakan usaha manusia  untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang  hayat. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan  sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan  fisik. Berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial  merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia  untuk pengembangan manusia yang terbaik dan intelejen, untuk  meningkatkan kesejahteraannya.
Secara  definitive pendidikan adalah media transformasi antar manusia satu  dengan manusia lain. Paolo Freire dalam bukunya “pendidikan yang  membebaskan” mendefinisikan pendidikan sebagai prasarana untuk  memanusiakan manusia. Dalam klarifikasinya pendidikan terbagi menjadi 3  bagian, yaitu formal, nonformal dan informal. Secara harfiah sekolah  beasal dari kata skhole, scholae atau sehola (bahasa yunani) yang  artinya “waktu luang”. Pada masa yunani kuno waktu luang yang ada  setelah bekerja digunakan untuk mempelajari sesuatu kepada orang ahli.  Kebiasaan tersebut juga diberlakukan kepada putera-puteri mereka dengan  mennitipkan dalam waktu tertentu. Disana mereka bermain, berinteraksi  dan mempelajari apa yang dianggap perlu. 
-  Paradigma Pendidikan
Pengikut  paradigma ini melihat bahwa ketidaksetaraan masyarakat merupakan suatu  hukum keharusan alami suatu hal yang mustahil bisa dihindari serta sudah  merupakan ketentuan sejarah atau bahkan taqdir tuhan. Awalnya paradigma  konservatif dibangun berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat pada  dasarnya tidak bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan  sosial hanya tuhanlah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya dia  yang tahu makna itu semua.
Perkembangan  selanjutnya paradigma konservatif cenderung menyalahkan subjeknya  (manusia) bahwa orang yang miskin, buta huruf, kaum yang tertindas,  mereka yang dipenjara dan lain-lain menjadi demikian karena salah mereka  sendiri. 
-  Paradigma Liberal
Cara  pandang ini memandang bahwa ada masalah di masyarakat tetapi bagi  mereka pendidikan tidak ada kaitannya dengan persoalan politik dan  ekonomi masyarakat. Tugas pendidikan tidak ada sangkut pautnya dengan  persoalan politik dan ekonomi, sungguhpun demikian kaum liberal selalu  berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi dan  politik di luar dunia pendidikan dengan usaha reformasi “kosmetik”.  Umumnya usaha yang dilakukan adalah seperti: membangun kelas dan  fasilitas baru yang diutamakan oleh pendidikan adalah “excellence” atau  keunggulan dan itu harus menjadi target utama pendidikan. 
-  Paradigma Kritis atau Radikal
Mereka  menganggap bahwa pendidikan merupakan arena perjuangan politik.  Paradigma kritis menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam  politik ekonomi masyarakat dimana pendidikan berada. Visi pendidikan  adalah kritik terhadap system dominan sebagai pemihakan terhadap rakyat  kecil dan yang tertindas untuk mencipta system sosial baru dan lebih  adil. Tugas utama pendidikan adalah memanusiakan kembali manusia yang  mengalami dehumanisasi karena system dan struktur yang tidak adil
-  Pendidikan sebagai proses transformasi nilai
Pendidikan  dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek  kepribadian manusia yang mencakup pengetahuannya (kognitif), nilai dan  sikapnya (afektif), serta keterampilannya (psikomotorik). Dalam hal ini  pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih  baik. Pendidikan sama sekali bukan untuk merusak kepribadian manusia,  seperti halnya member nekal pengetahuannya dan ketrampilan kepada  seseorang untuk menjadi penindas atau lintah darat bagi rakyat jelatah.
Pendidikan  pada hakikatnya akan mencakup 3 dasar pendidikan (tri dharma  pendidikan) yakni, pertama kegiatan mendidik dan mengajar, kedua  kegiatan penelitian dan ketiga pengabdian pada masyarakat. Istilah  mendidik dan mengajar menunjukkan usaha yang lebih ditujukan pada  pembentukan watak dalam mengembangkan budi pekerti hati nurani  kecintaan, rasa kesusilaan dan lain-lain serta memberi ilmu yang  bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia. Kegiatan  penelitian merupakan aplikasi dari pengetahuan yang didapat peserta  didik untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitar  lingkungannya sehingga akan terjadi sesuatu pembiasaan dalam bertindak.  Pengabdian dalam masyarakat adalah hal yang paling penting dalam  transformasi nilai pendidikan sehingga pendidikan bisa berfungsi untuk  menyelesaikan persoalan hidup bagi masyaraka yang lebih baik.
Seperti  yang telah dikemukakan di atas pendidikan pada hakikatnya akan mencakup  kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada  masyarakat. Kegiatan tersebut sebagai usaha untuk mentransformasikan  nilai-nilai maka, dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tersebut harus  berjalan terpadu dan berkelanjutan serta serasi dengan perkembangan  peserta dan lingkungan hidupnya.
-  Tujuan Pendidikan
Tujuan  pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup  manusia. Tujuan pendidikan harus mengandung tiga nilai, pertama autonomi  yaitu memberi kesadaran, pengetahuan dan kemampuan secara maksimum  kepada peserta didik untuk dapat mendidik, dan hidup bersama dalam  kehidupan yang lebih baik. Kedua, equity (keadilan), berarti bahwa  tujuan pendidikan harus member kesempatan kepada seluruh warga  masyarakat untuk dapat berpartisipasi. Sehingga pendidikan bukan suatu  barang mewah yang sangat sulit untuk dikonsumsi oleh rakyat jelata  melainkan syarat mutlak yang harus didapatkan oleh setiap manusia tanpa  terkecuali. Ketiga, survival yang berarti bahwa dengan pendidikan akan  menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi  berikutnya. Berdasarkan ketiga nilai tersebut di atas, pendidikan  mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik dan  menggambarkan pendidikan dalam konteks yang sangat luas yang mencakup  kehidupan seluruh umat manusia dimana tuuan utama pendidikan pendidikan  adalah memanusiakan manusia. 
-  Alat Pendidikan
Dalam  proses pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dan anak didik  untuk bersama-sama dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam interaksi  tersebut akan terjadi perbuatan pendidikan apabila perbuatan tersebut  disengaja untuk mencapai tujuan pendidikan disebut alat pendidikan. Jadi  alat pendidikan adalah suatu tindakan atau perbuatan atau situasi ,  yang dengan sengaja untuk menciptakan tujuan pendidikan. Namun apabila  perbuatan dalam situasi tersebut tidak disengaja untuk mencapai tujuan  pendidikan maka perbuatan tersebut disebut Faktor pendidikan. Secara  lahiriah sukar untuk membedakan antara alat pendidikan dengan factor  pendidikan. Kadang-kadang akibat dari factor pendidikan bisa sama.  Sebagai contoh seorang ayah menyuruh ayahnya untuk pergi ke ladang untuk  mengembala kambing dan sapi dengan tujuan anak tersebut memiliki  tanggung jawab kedisiplinan dan bekerja keras selalu dalam menggapai  cita-cita hidupnya, maka perbuatan tersebut adalah alat pendidikan. Di  lain pihak, seorang ayah menyuruh anaknya ke ladang dengan tujuan hanya  sekedar untuk membantu meringankan beban pekerjaan ayahnya, maka  perbuatan tersebut adalah factor pendidikan. 
Pada  perbuatan pertama jelas (pendidik) menyadari akan tujuan tindakannya,  yaitu agar dalam diri anak tertanam tanggung jawab, kedisiplinan dan  kerja keras dalam cita-cita sedangkan pada tindakan kedua tujuannya  hanya untuk kepentingan ayah (pendidik), tidak didasari untuk tujuan  pengembngan kepribadiian anak.
-  Pendekatan Pendidikan
Pendekatan  pendidikan biasanya bisa terbagi dua model pendidikan yaitu: pertama,  pendekatan pedagogi, pada model ini merupakan suatu proses pendidikan  yang menempatkan objek pendidikannya sebagai anak-anak meskipun usia  biologis mereka sudah termasuk dewasa. Konsekwensinya peserta didik  menjadi murid yang pasif. Murid sepenuhnya menjadi objek, dimana guru  menggurui, murid dievaluasi dsb. Intinya metode ini menempatkan guru  sebagai inti terpenting sementara murid menjadi bagian pinggiran.
Kedua,  pedekatan pendidikan andragogi atau pendekatan pendidikan orang dewasa,  merupakan pendekatan yang menempatkan peserta dan belajar sebagai orang  dewasa yaitu murid sebagai subjek dari system pendidikan. Murid  diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih  bahan dan metode yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk  belajar, menganalisa dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat  pendidikan. Fungsi guru sebagai fasilitator, tidak menggurui, dan relasi  guru dan murid sama-sama menjadi pelaku (pendidikan). Pendekatan  tersebut juga sering dikenal sebagai pendekatan dialogis, intinya anak  dididik sebagai subjek yang belajar, subjek yang bertindak dan berfikir,  dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah  pikirannya, begitu juga guru. Guru dan murid saling belajar satu sama  lain, saling memanusiakan. Hubungan keduanya bersifat subjek-subjek,  bukan subjek-objek, objek mereka adalah realita sehingga tercipta  suasana dialogis yang bersifat intersubjek untuk memahami suatu objek  bersama.
-  Penutup
Pendidikan  adalah sebuah proses membutuhkan waktu yang panjang. Yaitu pendidikan  sepanjang hayat berlangsung mulai pendidikan dalam keluarga sekolah  formal sampai pendidikan di masyarakat. Pendidikan tersebut bersifat  dinamis dan senantiasa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan  teknologi dan kemajuan jaman. Falsafah dan hakikat pendidikan sebenarnya  sebagai media dan pembebasan dari yang semula tidak tahu menjadi tahu,  tidak bisa menjadi bisa sehingga masyarakat tidak terbelenggu pada  paradigma yang dogmatis. Setiap diri manusia memiliki hak untuk  mendapatkan pendidikan tanpa mengenal ruang dan waktu, tanpa mengenal  usia dan tanpa dibatasi oleh bangunan gedung sekolah yang megah yang  memisahkan antara si kaya dan si miskin. Falsafah pendidikan yang  memanusiakan manusia (humanize the human being) harus tetap menjadi  pandangan hidup dalam dunia pendidikan sehingga akan tercipta pendidikan  yang bebas secara politik, sejahtera secara ekonomi, adil secara hukum  dan partisipatif secara budaya. 
BERSAMA RAKYAT SATUKAN TEKAD
DEMI PERUBAHAN DAN PEMBEBASAN


0 komentar:
Posting Komentar